Lala berlari ke Aula Kampus yang sudah disulap menjadi suasana ruang sidang di sebuah Pengadilan Negeri. Entah mengapa disaat keadaannya mengharuskan untuk stand by di Aula, Lala malah terus-terusan merasa mulas. Perutnya terus melilit hingga gadis itu bulak-balik ke Toilet. Sebenarnya di Aula pun tersedia Toilet, namun selain pemeran Simulasi, orang lain dilarang masuk. Toilet tersebut dijadikan tempat berganti pakaian.
Lala memegang perut seraya memutar otak. Ia mengingat-ngingat apa saja yang ia makan kemarin. Mengapa perutnya sampai tak berkompromi di saat genting seperti ini? Keringat dingin menetes dari pelipisnya. Baru saja sampai ke Aula, Lala sudah ingin kembali ke Toilet.
Lala berbalik dengan niat untuk berjalan ke Toilet, seseorang menahannya. Lala membalikan badan, Surya-lah yang menahan tangannya. Tak cukup hanya menahan Lala, Surya menarik gadis itu untuk mempererat jaraknya.
"Bulak-balik terus. Ada apa?"
Kikuk menyelimuti hati Lala. Masalahnya bukan hanya mereka yang ada di Aula. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Entah itu teman sekelasnya, atau Fakultas lain yang sedang berkunjung. Lala berusaha melepaskan diri secara perlahan.
"Perut saya mules, Pak." Ucap Lala sambil memegang perutnya.
Lala terlalu jujur kepada Surya dengan apa yang ia alami. Mungkin jika itu terjadi satu bulan yang lalu, Lala akan merasa malu dan menjaga kesan baiknya di depan Surya. Sekarang ia tak terlalu memedulikannya. Hal yang ia rasakan maka hal tersebut juga yang ia utarakan.
"Duh, kenapa? Salah makan?" Tanya Surya dengan nada khawatir.
Ketika tangan Surya yang satunya bergerak untuk memegang bahu Lala, seseorang mendorong mereka dengan tujuan untuk memisahkan. Dia adalah Davin, dengan wajah ketus ia memandangi Lala dan Surya secara bergantian. Keduanya merasa kaget akan hal itu. Bahkan Surya sampai hampir terjungkal karena dorongan dari Davin.
"Jangan nempel-nempel di sini." Tegur Davin dengan nada jengkel. "Nggak malu apa di liatin mahasiswa lain?"
Lala bergerak untuk menjauh selangkah. Ia pun sudah menyadari akan hal itu. Banyak pasang yang memperhatikannya hingga berbisik-bisik ria. Pagi hari Lala sudah menyuguhkan bahan perbincangan bagi si biang gosip.
Surya masih diam di posisinya. Ia menatap Lala dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Saya cuman khawatir sama Lala. Mau saya beliin obat?"
Belum sempat Lala menjawab, Davin sudah mewakilkannya. "Lala biar gue yang urus, Bang."
Tatapan ragu muncul di manik mata Surya yang berkilau. Lala mengangguk mencoba meyakinkan Surya bahwa dirinya tak apa-apa. Meski hatinya masih gusar, Surya akhirnya pergi ke spot lain yang harus ia cek.
Ketika tinggal berdua, Davin langusung menyentil dahi Lala. "Lo kalo mau nempel-nempel sama laki ke gue aja napa. Tadi ada yang sampe berspekulasi bahwa nilai lo selalu gede karena bisa banget deketin dosen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...