Lala mulai membuka ceritanya mengenai definisi 'bayangan'. Gadis itu sudah masa bodoh jika Davin tidak menanggapinya dengan serius ataupun malah mengoloknya. Setidaknya ia akhirnya bisa meluapkan rasa kegelisahannya yang selama ini ia pendam sendiri.
"Abang gue selalu jadi taraf ukur seseorang yang 'pintar' dimata ortu gue." Jelas Lala. Ekspresi getir terlukis dari wajah sang gadis.
Sosok Brian memang selalu menjadi kebanggaan bagi keluarga. Bayangkan saja ketika kakaknya itu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Brian memenangkan perlombaan karya tulis yang ia ikuti atas dasar iseng. Tidak terbayang jika memang Brian mengerjakan semua hal dengan konsep 'tidak setengah-setengah dan serius'.
Davin baru saja membuka mulut namun beberapa detik kemudian mengurungkan niatnya.
"Lo pasti mau bilang kalo pinter kenapa abang gue belum lulus, kan?" Tebak Lala.
Davin tercengang. Memang pada awalnya ia ingin bertanya seperti itu. Tak mungkin orang pintar menunda kelulusannya. Tapi ia mendadak mengurungkan niat karena merasa tak enak. Brian adalah sosok yang ia hormati bagi seorang Davin yang sulit menaruh respect pada orang asing. Kepedulian dari seorang Brian padanya membuat hati Davin luluh.
"Dia pintar tapi nggak rajin. Tipe orang yang suka nanti-nantiin tugas." Lala membuang muka. Terlihat Lala sangat iri pada kakaknya dalam hal kepintaran.
Davin mengangguk paham. Jika pintar diiringi dengan kemalasan, semua hal itu akan sia-sia. Mungkin Brian terlalu terlena dengan kepintarannya sehingga menganggap ia bisa menyelesaikan tugas akhir dengan cepat. Padahal setahu Davin Jurusan Arsitektur merupakan jurusan tersulit karena tugas akhirnya bukan hanya skripsi.
Jika sosok Brian memiliki rasa ambisius seperti adiknya mungkin ia akan jadi lulusan pertama dari Jurusan Arsitektur yang lulus dengan waktu tiga setengah tahun dan peraih cumlaude. Tuhan memang maha adil kepada makhluknya. Mungkin sifat ambisius sengaja diturunkan kepada Lala karena gadis itu tidak terlalu pintar namun rajin.
"Karena Bang Brian terus yang jadi sorotan, gue selalu nggak mau kalah. Kalo di keluarga Bang Brian udah menduduki kursi itu, seenggaknya di Fakultas gue harus terkesan kayak gitu. Disaat oranglain merasa risih ketika temen-temen sekelas nanya soal tugas, gue malah bersyukur akan hal itu. Gue dipercaya sebagai seorang yang selalu nyimak dosen."
Sejak saat itu Davin melihat sosok Lala yang berbeda. Pada awalnya memang ia terlalu risih dengan kehadiran Lala yang terlihat sekali ingin nomor satu. Di balik sifat itu ternyata ada sebuah alasan.
"Jadi lo semacam haus akan pujian gitu ya, La?" Gurau Davin. Ia tak mau membawa Lala larut dalam kesedihan dalam hati yang sudah menumpuk.
Lala hanya menjawab pertanyaan Davin dengan senyuman. Wajar jika Davin menanggap hal seperti itu adalah tujuan Lala. Semua orang pasti ingin terlihat baik dimata orang lain. Termasuk Lala yang ingin terlihat baik dalam belajar dimata orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...