Tak terasa hari Jumat kembali datang. Itu tandanya kelas A2 kembali disibukan dengan kegiatan mereka, latihan untuk penampilan Simulasi Proses Peradilan. Tidak rusuh seperti kemarin, latihan tersebut berlangsung dengan serius dan tenang.
Yosi yang saat itu berperan sebagai Panitera melantangkan nomor kasus tanda bahwa persidangan akan segera berlangsung. Pria itu sekuat tenaga menahan tawanya agar tidak keluar. Terlihat dari ekspresinya yang aneh ketika berbicara. Lala mewajarinya, dengan Yosi mau latihan tanpa bercandapun ia sudah bersyukur.
Sebelum kelas dimulai, garda belakang menghampiri Lala dan Davin yang sedang berdiskusi. Gadis itu kira akan ada peperangan, namun yang terjadi malah sebaliknya. Januar, sebagai juru bicara dari garda belakang meminta maaf atas kelakuan dirinya dan teman-teman. Mereka akan berjanji untuk latihan lebih serius.
Permintaan maaf itu disambut baik oleh seorang Davin. Tak tahu kerasukan apa, pria itu sedikit memotivasi garda belakang. Ia mengatakan bahwa mereka mempunyai peranan penting disini, dan harus menampilkan simulasi yang maksimal. Januar dan Davin akhirnya bersalaman dan diikuti dengan yang lainnya.
Lala merasa bahagia mengingat kejadian tersebut. Dimana garda belakang yang sudah ingin menyatukan visi misi dan Davin yang menjinak tak mau buat keributan lagi. Setengah beban Lala terasa hilang begitu saja. Tugasnya untuk menyatukan tujuan sudah beres.
Gadis itu menatap punggung Davin yang sedang membelakanginya. Ia sedang mengawasi jalan persidangan. Kata Davin biar kali ini ia yang mengawasi, Lala cukup duduk dan mengamati karena sudah kelelahan memeriksa naskah adegan kedua semalaman. Padahal fisik Lala masih sanggup untuk kembali mengawasi jalannya persidangan.
"Senang sekali melihat anak-anak tertib. Kamu sukses, La."
Lala sempat lupa bahwa ada seseorang yang menemaninya duduk tepat disebelahnya. Dia adalah Surya, orang yang entah mengapa tak mau ia temui untuk sementara. Hatinya selalu merasa makin sakit melihat rupa sang dosen. Tapi Lala harus tetap profesional dengan kelasnya.
"Bukan cuma berkat saya, Pak. Davin juga turut serta." Jawab Lala tanpa melihat lawan bicaranya. Bukannya tidak sopan, ia hanya fokus mengamati jalannya persidangan.
Surya hanya membalas obrolan dengan anggukan, tahu lawan bicaranya sedang fokus pada latihan simulasi. Pria itu turut serta kembali fokus dan menulis sesekali jika ada hal yang perlu disampaikan di akhir latihan.
Lala merasa tak nyaman duduk di dekat Surya. Terlebih ketika Surya mengeluarkan ponsel, dan ekor mata Lala menangkap Surya sedang membalas pesan yang ditujukan kepada Devi. Kenapa harus Devi? Kenapa harus Devi yang menjadi pilihan Surya? Kesoktahuan Lala membuat dirinya sendiri sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...