"Selamat makan!" Seru Brian bersemangat.
Pria bernama Brian segera menyantap satai kambing yang menumpuk di hadapannya. Sedari tadi ia menahan lapar dan membiarkan cacing dalam perut mengadakan orkestra. Satai merupakan makanan yang paling ia benci di kala lapar melanda. Proses masak yang terbilang cukup lama, selalu membuat Brian tak sabar dan pada akhirnya ia melahap lima lontong untuk mengganjal perutnya.
Malam ini merupakan perayaan Brian yang mendapat undangan untuk sidang usulan penelitian tahap pertama. Brian terpaksa memilih kedai satai ini karena tidak ramai pengunjung. Beberapa orang diundang dan kalian pasti sudah bisa menebak siapa saja. Member Today kecuali Surya, Lala dan Lia ikut memeriahkan malam tersebut. Surya berjanji akan datang namun tak bisa datang tepat waktu karena ada hal yang harus diurus. Lala menebak, pasti hal yang harus diurus tersebut berhubungan dengan Devi.
"Gue kira rayain dimana, etdah ternyata makan sate doang." Hardik Jafni mengenai 'perayaan' Brian.
Brian menyumpal mulut jahil Jafni dengan satai, "loh, kita harus mendukung UMKM di Indonesia." Bagaimanapun alasannya, Brian harus terlihat memilih tempat ini tanpa rasa berat hati.
Jafni masih berdesis, "halah nggak usah sok-sokan bahas UMKM kalo nggak tahu kepanjangannya."
Lala yang duduk dihadapan Brian dan Jafni merasa kebisingan. "Aduh, berisik banget kalian. Makan aja harus pake adu mulut segala." Keluh Lala sambil melemparkan lirikan tajam.
Jafni dan Brian langsung membungkam mulutnya. Keluhan Lala kali ini terdengar begitu menyeramkan. Ditambah lagi ekspresi Lala yang terlihat kehilangan mood untuk bercanda. Padahal perayaan ini adalah idenya sendiri.
Lala jelas merasa gundah karena Surya yang belum saja tiba. Terlebih pikirannya terlalu menduga-duga hal yang belum pasti. Kecurigaannya selalu mengarah ke Devi. Entah Devi yang mungkin menahan Surya untuk tidak perlu bergaul lagi dengan Today atau Surya yang terlalu takut meninggalkan seorang Devi.
"Ngelamun terus. Makan cepet." Tegur Davin kepada Lala yang sedang memikirkan Surya.
Tak menjawab, Lala langsung mengambil beberapa tusuk satai ke piringnya. Ia mengaduk bumbu kacang yang menepel di satai tersebut ke nasi yang masih hangat. Kedai satai ini cukup sepi sehingga mereka bisa agak leluasa.
"Btw, Bang. Ini sate banyak banget. Ada berapa tusuk?" Tanya Lia penasaran pada Brian.
"Baru 150 tusuk. Nanti kalo kurang tinggal pesen lagi."
Semua mengangkat wajah memandangi Brian tak percaya. 150 tusuk untuk tujuh orang ㅡjika Surya jadi akan datangㅡ terbilang sebuah kejutan dan cukup banyak. Terlebih dagingnya yang dipotong besar-besar akan membuat perut mudah kenyang.
"Banyak banget, Bang." Kata Wildan dengan mata yang masih tak percaya.
"Kalo nggak abis yaudah nggak apa-apa. Gue yang habisin, tenang aja." Jawab Brian enteng seakan hidupnya tidak pernah dibawa ribet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...