Di Perpustakaan Fakultas seorang gadis sedang duduk santai di temani sebuah buku di atas meja. Pandangan gadis itu fokus ke bacaan yang terdapat dalam buku tersebut. Padahal gadis itu tidak sedang membacanya. Ia hanya melamun dengan pose pura-pura belajar.
Gadis itu adalah Lala. Seperti biasa, ia selalu datang dua jam lebih awal sebelum ujian untuk belajar. Satu jam pertama, kegiatan Lala sesuai dengan niatnya yaitu belajar. Di jam berikutnya, fokusnya mulai buyar.
Lala terus memikirkan perkataan Wildan. Entah mengapa kini bayang-bayang wajah Davin memenuhi pikirannya. Ia tersugesti karena cekokan Wildan waktu itu. Dalam hati, Lala masih menolak dengan fakta yang diberikan Wildan.
Lala memutar otaknya, mengenang semua momen yang ia lalui bersama Davin. Pertama kali Lala melihat pria itu datang dengan wajah ditekuk memasuki kelas, Lala yakin Davin bukanlah orang yang ramah dan harus ia jauhi. Tak pernah terfikir sedikitpun hubungan Lala dan Davin akan sedekat ini. Lala tertawa sendiri, ia termakan oleh rasa kebenciannya kepada Davin.
Menurut Lala, kedekatan mereka dimulai dari Lala yang menjebak Davin datang ke restoran untuk merevisi naskah bersama. Itulah momen pertama Davin bersikap lembut dan berkata maaf karena terus membangkang. Meski sikap lembutnya hanya berlaku beberapa saat, Davin tak terlalu sekeras kepala waktu pertama kali mereka bertemu.
Lala menggeleng-gelengkan kepala, membuyarkan lamunan tentang Davin. Fokusnya hilang ditengah waktu yang tersisa satu jam lagi. Lala menutup buku, dan mengusaikan waktunya untuk belajar. Ia berniat ke Kantin saja membeli es teh manis agar pikirannya segar kembali.
Di Koridor Fakultas, Lala berpapasan dengan Davin. Pria itu yang melihat Lala langsung mencegahnya pergi.
"Mau kemana lo?" Tanya Davin dengan nada yang tidak ramah.
Lala sudah menganggap ketidakramahan Davin berubah menjadi hal yang biasa. Lala paham pria itu sebenarnya bukan bermaksud tidak ramah. Bahkan mungkin Davin tidak tahu, apa yang ia lakukan dan lontarkan merupakan hal yang tidak ramah.
Tunggu, sejak kapan Lala mewajari ketidakramahannya Davin?
"Ke Kantin." Jawab Lala dengan jutek.
"Ngapain?"
"Mau beli yang dingin-dingin."
"Gausah."
Selain ketidakramahan Davin, Lala juga lupa bahwa pria itu orang yang suka mengatur. Entah oranglain merasakannya atau tidak, tapi Davin selalu mengatur Lala. Contohnya seperti sekarang. Tanpa hak Davin malah melarang Lala untuk pergi ke Kantin.
Baru akan menyungut Davin dengan umpatan, Lala terkejut dengan Davin yang menempelkan sekotak susu ke dahi milik Lala.
"Nih, susu dingin buat lo." Ujar Davin sambil mengarahkan tangan Lala untuk menggantikan tangannya yang sedang menempelkan kotak susu ke dahi Lala. "Nggak usah ke Kantin, lah. Penuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasal Surya | DAY6
RomanceBaru pertama kali dalam seumur hidup Lala menyesal untuk menjadi seorang mahasiswa yang rajin. Pasalnya, Lala jatuh cinta kepada asisten dosen baru yang menggantikan Pak Jainudin selama sibuk menjadi dekan. Asisten dosen itu bernama Surya, dan meng...