Ada satu ekspresi wajah yang selalu Kai banggakan. Ekspresi yang selalu ia tampilkan pada orang-orang di sekitarnya. Mau senang, sedih, kaget, ataupun bosan, pria itu selalu menampilkan ekspresi andalannya. Ekspresi muka datar.
Malam ini, pukul delapan malam. Kai yang telah menunggu berjam-jam itu melirik arloji di tangannya. Sebetulnya ia sedang menunggu pacarnya. Lama sekali, entah telah berapa jam pria itu menunggu kedatangan sang pacar.
Dengan ekpresi andalannya itu Kai melirik sekitar. Saat ini ia sedang berada di pasar malam. Kai memperhatikan aktivitas orang-orang disekitar dengan tatapan datarnya. Melihat beberapa orang yang riuh menaiki berbagai wahana di pasar malam itu.
Sejenak, pandangan Kai teralihkan oleh sesosok gadis yang berjalan terseok ke arahnya. Tidak! Kai sama sekali tidak mengenal siapa gadis itu.
Alisnya bertaut. Siapa gadis itu? Kenapa dia seperti orang gila? Berjalan sempoyongan dengan rambut panjang yang berantakan?
Gadis itu semakin mendekat. Kai masih menatap datar, acuh tak acuh dengan kehadiran gadis itu.
Hingga gadis itu semakin mendekat, dan hal berikutnya yang terjadi adalah sesuatu yang sama sekali tak pernah terbayangkan oleh Kai.
Gadis yang di mata Kai mirip orang gila itu semakin mendekat, lalu tanpa sengaja ... eh, gadis itu muntah di kemejanya.
Huek!
Kai menatap jerih, ya tuhan! Kemejanya jadi kotor. Siapa sih, gadis gila ini?
*****
Mual!
Rasanya ia ingin muntah. Sungguh, setelah naik komedi putar beberapa kali perutnya jadi sedikit tergoncang. Gadis berambut hitam pekat itu memegangi perutnya. Rasanya ia tidak tahan lagi. Ingin segera muntah.
Nama gadis itu Mei, gadis manis yang kini sedang berjalan terseok dengan kepala pening tujuh keliling. Perutnya mual, ingin sekali segera memuntahkan isinya.
Sejenak gadis itu melirik sekitar. Ramai. Pasar malam saat itu sedang ramai-ramainya.
Sial! Perutnya bergejolak. Mei sudah tak tahan lagi. Mei berlari, mencari tempat ter-aman untuk muntah.
Hingga pada akhirnya Mei sama sekali tak bisa menahannya lagi. Dan hal yang terjadi berikutnya adalah hal yang tak pernah ia bayangkan.
Dengan langkah terseok itu Mei akhirnya muntah. Sialnya tanpa sengaja ia muntah tepat di kemeja seseorang ...
*****
Kai menatap gadis gila yang baru saja muntah tepat di kemejanya itu dengan tatapan datar. Sudah dibilang, mau apapun situasinya, Kai akan tetap menatap datar. Mukanya sih kelihatan seperti tidak marah. Tapi jauh di dalam hatinya, pria itu teramat sangat ingin marah.
"Punya mata?" Itu suara Kai, kalimatnya terdengar tajam.
"Maaf, saya nggak sengaja. Maaf banget, tadi nggak liat." Mei menatap lawan bicaranya. Memohon maaf pada pria yang baru saja ia muntahi.
"Bodoh! Kalo mau muntah pake mata!" tukas Kai. Namun, masih dengan tatapan datarnya.
"Tapi bukannya muntah itu pake mulut?" sanggah Mei membuat Kai terdiam.
Benar juga sih, apa yang dikatakan gadis itu. Tapi tetap saja kan ... ah! Muntahnya, Kai baru ingat kemejanya kena muntah.
Kai segera melepas kemejanya, membuat laki-laki itu seketika jadi telanjang dada. Mei menutup mata saat matanya tak sengaja berpapasan dengan perut kotak-kotak pria itu.
Masih dengan muka datarnya Kai melemparkan kemeja bekas muntah itu ke arah Mei. Refleks saja Mei menangkapnya, gadis itu kemudian menatap Kai yang berdiri di depannya dengan tatapan bingung.
"Eh, ini kemejanya?"
Belum sempurna kalimat Mei terucap, pria yang tengah bertelanjang dada itu telah pergi duluan. Pergi meninggalkannya. Pergi bersama muka datarnya.
*****
Tbc ...~si muka datar~
Note:
Coba liat pojok kiri bawah, ada bintang kan. Nah, jangan lupa dipencet ya bor :)
Folow akun gue juga, biar gue seneng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
Fiksi UmumKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...