chapter 15: bipolar [2024]

9.9K 1.9K 1K
                                    

Sorry for slow update.
I'm trying my best to fix my self.

I'm trying my best to fix my self

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****













"Mark, Mark Lee, hey."

Telapak tangan hangat menepuk-nepuk pelan pipiku saat aku masih tidur nyenyak tanpa mimpi. Ada yang aneh. Hal terakhir yang kuingat adalah tidur meringkuk berhadapan dengan Liv, tapi sekarang rasanya di sebelahku kosong.

"Bangun, Mark. Udah subuh, ayo kita pulang," suara Liv terdengar lagi.

Ternyata dia sudah pindah duduk di pinggiran kasur dan sedang membangunkan aku, mataku perlahan membuka dan langsung melihatnya. Walaupun agak buram karena tanpa kacamata, aku bisa melihat Liv sudah memakai mantel tebal melapisi blouse beludru hitamnya.

"Your eyes are swollen," ujar Liv sambil mengusap kelopak mataku yang bengkak gara-gara menangis tadi malam.

"Ini jam berapa? Aku masih ngantuk," keluhku.

"Jam empat subuh. Bangun," dia menarikku keluar dari selimut sampai didudukkan. "Nih, minum dulu," Liv lalu memberikan segelas air putih hangat.

Walaupun pemanas menyala, tapi udara subuh terasa dingin sekali. Air yang diberikan Liv ternyata dicampur lemon dan madu, aku bisa merasakannya. Setelah minum. Aku bengong menatap Liv yang masih duduk mengawasiku.

"Apa?" tanyanya.

"Manis. Berarti ini bukan mimpi," sahutku.

Liv mengernyit. "What did'ya mean?"

"Aku trauma kamu pergi sendiri dan aku ditinggal lagi," aku menjawab dalam suara rendah.

Di hadapanku Liv terdiam. Mungkin sedang mengingat semua perbuatannya. Kepalanya tertunduk di atas jemari yang meremas selimut.

"Maaf," cuma satu kata yang terucap dari mulut Liv.

Kuletakkan gelas di nakas. "Jangan terlalu jinak dong. Trauma aku tuh, biasanya kalau kamu jinak tandanya aku mau ditinggal."

"Ck- jinak, emangnya aku apa?" dia mendecih kemudian berdiri. "Cuci muka sana, terlalu dingin dan nggak keburu kalau mandi dulu. Terus ganti baju, itu udah aku siapin air sama baju gantinya. Aku tunggu di luar sama yang lain. Semua udah pada siap."

"Eh, jangan pergi!" kutangkap pergelangan tangannya.

"Yang bener aja Mark Lee, nggak sekalian suruh aku gantiin baju kamu?" tukas Liv.

"Nggak," aku menatapnya tajam sambil menggeleng. "Perasaanku nggak enak, nanti aku selesai ganti baju terus keluar jangan-jangan kamu udah nggak ada."

More Than FrenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang