chapter 6: officially missing you [2022]

32.4K 5.7K 1.5K
                                    

Recommend song: Tamia's Officially Missing You

***















"Oh can't nobody do it like you
Said every little thing you do
Hey baby say it stays on my mind
And I, I'm officially..."

Ada yang main gitar? 
Siapa...?

"All I do is lay around
Two years full of tears
From looking at your face on the wall
Just a week ago you were my baby
Now I don't even know you at all
I don't know you at all..."

Officially missing you??

"Well, I wish that you would call me right now
So that I could get through to you somehow
But I guess it's safe to say baby safe to say
That I'm officially missing you..."

"Mark Lee...?"

Aku mengerjap karena butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan cahaya silau dari jendela. Ternyata aku ketiduran telungkup di meja setelah belajar. Di luar cerah tanpa salju? Sudah berapa lama aku tidur?

"Well, I thought I could just get over you baby
But I see that's something I just can't do
From the way you would hold me
To the sweet things you told me
I just can't find a way to let go of you..."

Tidak salah lagi, itu Mark yang duduk dekat jendela. 

Dia tetap berkutat dengan gitar, hanya menoleh sebentar saat namanya kusebut tadi. Dilihat dari muka dan rambutnya, seperti baru bangun tidur juga. Jantungku berdesir saat menyadari bajunya. Dasar keras kepala, dia pakai kaos terlarang lagi.

Tapi... Kenapa dia bisa ada di sini? Aku sudah tidak mau bicara dengannya sejak berminggu-minggu yang lalu. Sekaligus melarang semua orang di Peachdelight membiarkan dia masuk ㅡkalau misalnya dia datang mencariku.

Tangan Mark berhenti. Sekarang ia menunduk di atas gitarnya dengan ekspresi sama persis seperti saat aku menyuruhnya jangan muncul lagi di depanku.

"What should I do? The pain doesn't go away," ujarnya lirih.

Badanku lemas tanpa tenaga, duduk di lantai beralas karpet tidak jauh dari Mark. Tidak terpikirkan jawaban apa-apa, karena sakit juga masih bersarang di dadaku. Bukan Mark yang kubenci, atau Herin, atau keadaan. Tapi diriku sendiri.

"Kenapa pake kaos itu lagi? Kan aku udah bilang jangan," ucapku.

Mark tertawa kecil. "It's always fun to tease you. Porong-angry is the prettiest version of you."

"Jangan ketawa," gertakku.

Dia menatapku dari balik kacamata bulatnya. "Kenapa? Aku jadi nggak terlalu jelek terus kamu deg-degan?"

Iya, bodoh.
Sebentarㅡ bagaimana bisa dia tahu isi pikiranku?

"Jangan nangis, Porongbyun," Mark mengusap pipiku dengan jempolnya. "Porongcry is the worst version of you."

More Than FrenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang