"Mark, hey."
"Hngh."
"Wake up, lazybone. Semua udah di dapur tuh, kamu malah belum bangun." Suara familiar itu terdengar lagi. "Ayo sarapan dulu, Mark Lee."
Ini hari apa? Tanggal berapa? Aku di mana?
Saat baru membuka mata, tanpa kacamata aku bisa mengenali Peachdelight. Ini ruang kerja Liv. Dan dia duduk di pinggiran sofa yang kutiduri sekarang. Tersenyum, mengenakan kardigan cokelat yang melapisi dress katun hitam di baliknya.
"Liv? Kok kamu di sini?" tanyaku. "Aku ㅡaku juga kenapa ada di sini?"
"Habis jemput aku kemarin, kamu ketiduran di sini," Liv tertawa kecil, tangannya bergerak ke puncak kepalaku. "Ooh... my baby look so sleepy. You really tired huh?"
Menjemput Liv?
Ah ㅡaku ingat sekarang. Kemarin Liv pulang dari Santorini. Aku dan Baby menjemput di airport, lalu anak itu melihat Liv menggandeng laki-laki entah siapa. Baby mengamuk, kami berempat pergi ke restoran dekat airport. Lalu Liv mencampakkan aku di sana.
She dumped me.
Itu terasa sangat nyata, sampai perasaan tidak nyaman menggelenyar ke seluruh tubuhku saat mengingatnya. Aku bangun, supaya bisa duduk menghadap Liv yang sekarang menatapku dengan hangat.
"Ini beneran kamu kan?" tanyaku, memberanikan menyentuh pipinya yang berlemak.
Dia mengernyit sambil tertawa. "Aneh-aneh aja, emang kamu pikir siapa?"
"Aku mimpi aneh. A very bad dream." Kuhela napas dalam-dalam. "Aku mimpi kita putus."
Liv berjengit. "Ih, nggak mungkin lah!"
"Makanya. Aku udah takut banget, untung cuma mimpi," aku menatapnya lega. Segera kurengkuh Liv ke pelukanku. "Come, let me hug you. Gosh ㅡI love you so much, it almost hurts."
Kurasakan kedua tangan Liv bergerak memeluk punggungku. "You know that I love you more," ujarnya.
Walaupun ingin kupeluk selamanya, tapi ada satu hal yang ingin kulakukan untuk memastikan ini semua nyata. Aku melepas pelukan kami lalu menatap Liv sambil mengerucutkan bibir. "I want porongkiss, morning kiss."
Lagi-lagi dia tertawa. "Okay, how many?" tanya Liv.
"Unlimited," jawabku.
"Okay, Yejun," sahut Liv kemudian mencondongkan tubuhnya.
Yejun?
"Yejun??" pekikku.
"Yeah, Yejun," Liv menyahut kalem.
"Who the hell is Yejun?!?"
"My boyfriend," jawab Liv lagi. "My new boyfriend."
"Waitㅡ what??!"
"New boyfriend," seorang cowok masuk ke ruangan ini. "Kurang jelas??"
Aku cuma bisa ternganga saat Liv tertawa kecil kemudian menyambut uluran tangan cowok tadi. Mereka saling tatap sebelum berpelukan. Napasku jadi sesak ㅡorang ini yang kemarin keluar dari airport bersama Liv. Orang yang sudah membuat Baby mengamuk setengah jam di airport karena tidak suka ada orang asing menyentuh orang yang dia suka.
Sekarang dua orang itu tertawa meledek di depanku. Rasa kesalku terpancing, kutarik lengan Liv, siap membawanya pergi dari sini.
"Mark Lee! Apa-apaan??" protesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Frenemy
Fanfiction[Frenemy vol. 2] "I still hate you. But I like you. I just do."