"What the hell ㅡMARK LEE, NGAPAIN KAMU BAWA TUYUL TAMBAHAN???"
Sudah kuduga, Livia Byun pasti akan bereaksi begitu saat melihat aku datang bawa Daniel. Hari ini rencananya kami mau camping, maunya cuma berdua tapi tidak ada yang bisa menjaga Baby ㅡjadi bocah itu kami bawa. Sekalian mengajak dia jalan-jalan karena sudah sembuh juga.
Tapi kemudian kakak sepupu Liv pagi-pagi mengantar dua anaknya ke rumah Liv, lalu tadi di rumah aku ketahuan Daniel saat berpamitan pada orang tuaku. Bisa kalian duga sendiri kan? Ya, keponakanku ngamuk minta ikut. Dan sekarang Liv yang sudah seperti Godzilla berkacak pinggang di depan camper van kami.
"Takut..." Daniel merepet di belakang pantatku. "Titi jangan marah, Dan mau ikut..."
Ekspresi Liv berubah jadi merasa bersalah. Dia membungkuk di depan keponakanku. "B-bukan gitu maksudnya. Nggak marah kok, um- ya udah, Daniel masuk sana sama yang lain," ujarnya dengan nada menyesal.
Senyum Daniel mengembang lebar. "Yeay! Makaci Titi!"
"Jangan berantem sama cewek-cewek," ujarku sambil mengangkatnya ke pintu camper van supaya dia bisa masuk.
Bayi-bayi perempuan di dalam menyambut Daniel dengan pelukan Teletubbies. Setelah itu Liv langsung menutup pintu dari luar dan berkacak pinggang, wajah ibu peri yang dia tampakkan berubah jadi mode Godzilla lagi saat menghadapku.
"Kan aku udah bilang, hati-hati, jangan sampai ketauan Daniel! Sekarang gimana coba? Tadinya kan kita cuma mau pergi berdua, terus terpaksa ajak Baby, eh habis itu aku dititipin dua anak lagi sama kakak sepupuku ㅡterus sekarang Daniel juga? Ini mau camping atau cosplay Gakuen Babysitters??"
Sengaja kubiarkan Liv mengomel panjang lebar sampai selesai dulu. Setelah dia sudah diam, aku memegang kedua pundaknya.
Cup
Kucium Liv, lalu membelai puncak kepalanya. "Ayo berangkat, keburu panas," ujarku sambil masuk ke bagian kemudi.
Awalnya hening sebentar, kemudian kudengar suara amukan lagi. "ISH- MARK LEEEEE! Kata siapa boleh cium?? Percuma aku capek-capek marah! Kembaliin energiku yang udah kebuang, KEMBALIIIIIIIN!"
"Siapa juga yang suruh kamu marah-marah? Cepetan masuk, mau ditinggal??" aku melongokkan kepala lewat jendela yang terbuka.
Dengan langkah dihentakkan, Liv masuk sambil menggerutu. Dia bergabung dengan anak-anak di belakang alih-alih duduk di sebelahku. Dari tadi pagi dia memang sudah misuh-misuh karena kakak sepupunya mendadak titip dua anak sekaligus ㅡ harus keluar kota katanya. Padahal sebelumnya waktu Baby mau ikut juga Liv mulai bad mood. Lalu sekarang ada Daniel juga, tidak heran dia marah.
Aku tahu Liv bukannya sebal pada anak-anak itu, tapi dia sudah menunggu-nunggu liburan singkat ini untuk bersamaku seharian, mengulang semua kegiatan waktu kami pertama camping dulu. Lagipula, mengurus anak kecil melelahkan. Apalagi ada empat sekaligus. Semuanya masih balita kecuali Daniel.
Lewat spion, sambil menyetir aku mengawasi kegiatan di dalam van. Liv tidak menampakkan kekesalannya pada anak-anak. Dia mengurus empat bocah itu dengan lembut seperti biasa, memberi obat anti mabuk perjalanan dan memastikan mereka semua nyaman. Sekitar lima belas menit kemudian sepi. Kutebak mereka tidur semua.
"Huaaah capek," Liv mengeluh sambil menarik sandaran jok di sebelahku.
Baru saja aku mau menyuruhnya tidur siang juga, sesendok es krim warna pink dengan potongan kecil semangka melayang dekat mulutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Frenemy
Fiksi Penggemar[Frenemy vol. 2] "I still hate you. But I like you. I just do."