chapter 39: getting close

1.6K 235 65
                                    

"Sumpah, ini namanya pelecehan."

"Ish, diem jangan gerak! Udah bagus pose kayak gitu. HAHAHAHA."

Liv tertawa-tawa puas sambil mengarahkan kamera ponsel padaku. Gara-gara aku telat pulang satu jam, saat aku baru selesai mandi dia memaksaku pakai underwear konyol dari James sebagai hukuman. Iyaㅡ lingerie cowok yang disebut 'topeng gajah macan' oleh Daniel itu entah bagaimana bisa ditemukan lagi oleh Liv. Padahal sudah kubuang ke kolong kasur.

"Soalnya James kasih itu selusin. Masih banyak tuh stock-nya di lemari," Liv menjawab rasa penasaranku. "Masa aku kasih kamu celana kotor dari kolong kasur sih? Nanti kalo gatel-gatel aku juga yang rugi."

"Selusin?? Ishㅡ sialan. Awas aja, Daniel nggak akan aku ijinin dititipin ke sini lagi," gerutuku. Ya Tuhan, kenapa kakakku menyebalkan sekali?

"Heeeeh mukanya jangan marah-marah. Senyum dong, yang seksi senyumnya!" suruh Liv seenak jidat.

"Liv, udah dong. Kamu mau buat apa sih foto kayak gitu banyak-banyak? Ini sempit tau, aku risih."

"Buat homescreen lah kan lucu," sahutnya. "Ganti gaya, coba senderan ke meja."

"Homescreen?? Kamu udah gila ya??" aku mulai emosi.

"Sekarang nempel ke tembokㅡ"

"Nggak! Cukup ya, kesabaranku ada batasnya!" omelku. Dengan sebal aku melepas underwear sialan ini kemudian melemparnya ke Liv.

"Ih, Maaark, sekali lagiiii aja," Liv memohon. "Hey, kamu mau ke mana??"

"Pergi. Kamu nggak boleh ikut!" aku berjalan ke kamar untuk mencari baju.

Tapi Liv malah menyusul, dia melingkarkan lengan ke perutku dari belakang. Membiarkan dirinya terseret langkahku.
"Yah, ngambek. Jangan ngambek dong, aku kan cuma bercanda," dia cekikikan. "Nggak aku jadiin homescreen beneran kok, cuma buat koleksi aja~"

"Terserah, nggak peduli," tukasku.

Pantang menyerah, dia pindah ke depanku waktu aku membuka pintu lemari. "Marah beneran kah? Tapi kok tetep lucu??" Liv menangkup wajahku. "Alisnya lucu, matanya lucu, ada kumisnya juga lucu~"

"Minggir," usirku.

"Nggak mau~" dia malah bergelayut di leherku. "Kiss me."

"Diem ya, aku lagi marah."

"Utututu marah," Liv tertawa meledek. "Jadi nggak mau nih?"

"No, thank yㅡ,"

Aku tidak bicara sampai selesai karena Liv menciumku.

"Hey, stop itㅡ"

Dia menciumku lagi lalu cekikikan.

"I say stopㅡ"

Liv mendorongku ke kasur dengan tenaga premannya. Perutku diduduki kemudian dia membungkuk untuk menghujani wajahku dengan kecupan.

"Livㅡ aku nggak bisa napas!" seruku.

Baru dia berhenti, senyum puas muncul di wajahnya. "Sekarang aku tau kenapa kamu suka banget gangguin aku sampe marah," Liv menatapku. "Ternyata rasanya asik banget. Makin marah makin gemes."

"Jangan ikut-ikutan, cuma aku yang boleh."

"Dih, enak aja. Kalo nggak boleh ya udah aku gangguin cowok lain aja, gemes sama cowok lainㅡ"

"HEH- Itu lebih nggak boleh!"

"Nah, gitu dong, ayo lebih ngambek lagi!"

Dering telepon Liv menginterupsi perdebatan kami. Dia merogoh ponsel di saku celana. Raut wajahnya langsung berubah saat melihat layar ponsel. Siapa sih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

More Than FrenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang