chapter 27: the devil's call

6.6K 1.3K 802
                                    

Hola, jadi aku tuh agak tertunda update bukannya karena nggak ada ide tapi kekurangan waktu due to studying. Masih belum terbiasa bagi waktunya.

Mungkin ada temen-temen yang lagi struggling juga buat meraih prestasi atau karir tertentu, semangat juga ya~
Nggak apa-apa, nikmatin aja, kadang emang harus ada yang dikorbankan dulu sementara.
Semoga  nanti kalau mampir baca tulisan ini lagi kita sama-sama udah ada di tempat yang lebih baik. There will always be a place for us. A good place, better place than before.

*****



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Secara aneh, aku punya firasat kalau Don sebenarnya tidak sejahat yang kubayangkan.

Kukira kalau kami akhirnya bertemu, dia akan langsung membunuhku ㅡternyata tidak. Aku dibiarkan pergi tanpa lecet sedikit pun. Don menepati janjinya pada Liv untuk tidak menyakiti aku. Padahal kalaupun dia menghajarku seperti Red kemarin, toh Liv juga tidak akan tahu. Anehnya dia malah repot-repot menjelaskan situasi antara dirinya dan Liv.

But still, dia juga pasti bukan orang baik-baik. Sikap dinginnya sarat kekejaman. Jangan lupakan juga dia tega menyiksa seseorang secara mental. Kekerasan mental bisa setara atau bahkan lebih buruk daripada fisik. Aku tidak boleh bersikap naif dan menganggap Don tidak berbahaya. Siapa tahu dia sudah punya rencana buruk.



Sudah beberapa minggu berselang sejak aku menerima 'the devil's call' dari Don yang entah siapa nama aslinya. Isinya cuma empat frasa;

Prague, Zizkov  251124 19:00CET

Tidak sulit mengerti pesan singkat itu. Dia ingin kami bertemu di daerah Zizkov, Praha, jam tujuh malam waktu setempat pada tanggal 25 November 2024.

Yang sulit adalah mengumpulkan keyakinan. Soalnya Red sudah mengembalikan semua uangku kemudian menghilang tanpa jejak, padahal aku butuh dia untuk bertemu Don lagi. Terlalu merepotkan kalau harus cari orang baru yang bisa dipercaya. Dan terlalu beresiko kalau aku nekat pergi sendirian.

Masalahnya, ini sudah tanggal 24 pagi. Waktuku tidak banyak lagi. Aku harus segera memutuskan mau pergi atau tidak. Don sendiri sejauh ini belum pernah memanggil Liv lagi ke Constanzi. Kehidupan jadi jauh lebih damai. Liv jarang pergi lama, lebih fokus belajar, lebih ceria dan tidur nyenyak. Selain waktunya kerja, kami menghabiskan lebih banyak waktu bersama di rumah.

Entah Don sedang menunjukkan kalau dia serius dengan janjinya, atau sengaja membiarkan kami bersenang-senang sebelum melakukan sesuatu yang buruk...

Ahㅡ shit. I have no idea at all.







"MAAAARK~!"

Aku terperanjat di toilet. Ya, dari tadi aku melamun sambil buang air besar. Dan tiba-tiba Liv berseru memanggilku dari luar. Tadi waktu aku bangun duluan padahal dia masih tidur, tahu-tahu sudah cosplay jadi petasan.

More Than FrenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang