"Mulut petasan disney? Mulut petasan premium? Mulut petasan elite...?"
"Mana yang paling bagus?"
Joo Hyunjae menatapku kebingungan setelah membaca daftar nominasi nama ilmiah untuk Jung Jaehyun yang kutulis di iPad. Kenapa dia seperti sangat bingung? Memangnya dia tidak pernah membuat nama ilmiah? Semua orang melakukan itu kan?
"Bos... ini apa sih?" tanya Hyunjae.
"Kandidat nama ilmiah buat chef Jaehyun. Mana yang cocok buat dia?" aku bertanya dengan antusias.
"Nama ilmiah...?"
"Iya. Dia kan sok elegan tapi kadang mulutnya kayak petasan."
"Hah? Mulut petasan?"
Hyunjae ini kenapa sih? Apa dia tidak mengerti bahasa manusia? Dengan tidak sabar aku mengetuk-ngetukan stylus ke layar iPad.
"Ish- udah deh, pilih aja. Soalnya aku suka semua," desakku.
"Heh kembar, kalian ngapain?"
Aku dan Hyunjae kompak menoleh ke belakang. Sudah ada Jaehyun berkacak pinggang, masih memakai apron-nya. Dengan kepo dia melirik layar iPad di tanganku, kemudian mengernyit.
"Mulut petasan disney?" gumamnya.
"Nah bagus, mending kamu pilih sendiri," ujarku sambil menjentikkan jari. "Ini nominasi nama ilmiah buat kamu."
"Nama ilmiㅡ HEH! Kok mulut petasan sih?!" protes Jaehyun. "Harusnya kan veramente bello."
"Ew?" aku berjengit. Veramente bello artinya sangat tampan dalam bahasa Italia. "Dasar narsis! Itu sih bukan nama ilmiah."
"Lagian penyalahgunaan hak karyawan!" Jaehyun menunjuk Hyunjae yang bengong menonton kami. "Hyunjae, pergi sana. Jangan mau disuruh-suruh orang ini."
"Hey, aku kan cuma minta pendapat!" protesku.
"Nggak ada mulut petasan. Kalau mau, nama ilmiahku veramente bello. Say it?"
"Veramente bello...?" ulang Hyunjae dengan canggung karena Jaehyun menunjuknya. "Um... kalau gitu saya... permisi."
"Eh Hyunjae, jangan pergi dong," cegahku.
"Ini jam istirahat, Liv Byun. Dia nggak ada waktu buat dengerin bahasa alien," kata Jaehyun. "Nggak usah ganggu Hyunjae."
Hyunjae hanya tertawa kecil lalu keluar dari kantorku tanpa menutup pintu. Aku cemberut menatap Jaehyun. Hobinya memang mengacau kegiatanku.
"How sweet? Nggak usah ganggu Hyunjae," aku menirunya.
"Ey, jangan cemburu gitu dong," Jaehyun duduk di sebelahku. Tangannya merangkul pundakku sambil mengendus-endus. "Wangi banget, mau pergi ya?"
"Nggak. Minggir, jangan deket-deket," jawabku sambil berkelit.
Tapi Jaehyun malah mengapit wajahku dengan satu tangan. "Tuh kan, dandan sedikit terus bajunya nggak kayak bandar narkoba. Mau pergi sama siapa? Ngaku."
"Kepo ah, jadi pacar dulu baru boleh kepo," kutepis tangannya.
"Beneran ya? Oke aku tandain di kalender hari ini kita resmiㅡ"
"HEH!" semprotku.
Jaehyun berhenti menggerakkan jari-jarinya di ponsel, lalu tertawa sambil melihat aku gusar.
"Bercanda. But you look so gorgeous today. Beneran nggak mau ke mana-mana?" tanyanya lagi.
Aku menggigit bibir diam-diam. Sebenarnya sore ini aku sudah janjian di salah satu restoran China untuk bertemu ibunya Mark. Tapi setelah selesai siap-siap aku malah makin tidak percaya diri. Saat melihat pantulan diriku di cermin, aku sadar kalau orang sepertiku tidak pantas jatuh cinta. Badanku gemetaran saking gelisahnya, jadi kuputuskan untuk ingkar janji. Daripada di sana aku membuat masalah dan ibu Mark makin menganggap aku ini aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Frenemy
Fanfiction[Frenemy vol. 2] "I still hate you. But I like you. I just do."