Author's note:
Um... sebagai penulis aku nggak mau manja berharap atau maksa pembaca buat kasih feedback, tapi aku mau kasih tau dikit cara mengapresiasi cerita bikinanku yaaa hehe
Sekalian biar tau apakah cerita ini ditunggu-tunggu atau nggak, soalnya kadang bingung feedback sepi tapi tau-tau diminta cepet update @_@
Pertama, kalau kamu vote, cerita ini bisa naik rankingnya dan muncul di rekomendasi cerita.
Kalau kasih komentar, bisa bikin penulis tau tanggapan pembacanya dan tentunya bikin cerita ini lebih dikenal kalau notifnya lewat di home wattpad mutual kamu.
Kalau share lebih bantu lagi nunjukin ke orang lain buat mengenal cerita ini.
Nggak maksa sih, cuma semua penulis pasti seneng kalau dikasih feedback. Makasih ya yang udah baca dan kasih feedback sampai sekarang! 💗
*****
Song recommendation: John Mayer's XO
In the darkest night I'll
I'll search through the crowd
Your face is all that I see
I'm giving you everything*****
Hari-hari berjalan biasa, kecuali bagian menghindari Mark dan Herin. Aku sudah bisa bersikap biasa saja di depan semua orang. Termasuk Jaemin dan Alice, tapi aku belum berani bertemu mereka terlalu lama sih. Sebisanya aku masih menyibukkan diri kuliah, efeknya bagus sih ㅡmungkin nanti bisa lulus lebih cepat?
Lalu pergi sejauh mungkin dari Seoul. Jadi dokter sungguhan entah di mana. Mengobati rakyat jelata tanpa biaya.
Mungkin nanti aku akan jatuh cinta lagi.
Atau terlalu sibuk dengan pekerjaanku.
Apa saja, yang penting tidak ada lagi apa pun yang berhubungan dengan Mark Lee.
Hari ini aku ke gereja.
Biasanya sendirian, tapi sekarang bersama Alice. Karena takut tidak sengaja bertemu Mark di gereja yang biasanya, aku sekarang berdo'a di gereja yang agak jauh. Sengaja memilih yang tidak mungkin didatangi Mark. Ck- ini merepotkan sekali.
Padahal Mark bisa membuat semua ini lebih mudah.
Pilihan pertama, memberitahu ibunya dan Seo Herin tentang hubungan terselubung di antara kami.
Kedua, cukup bilang dia hanya main-main denganku lalu minta maaf. Aku akan memaafkannya. Setidaknya kami bisa berteman, kan?
Ah... dari awal memang harusnya Mark tidak usah tahu. Kalau aku tetap menyimpan rapi perasaanku, tidak akan ada yang terluka.
"Alice, tahun ini kamu wisuda ya?" tanyaku, membuka percakapan sambil kami berjalan keluar dari gereja.
"Iya," jawabnya ceria. "Padahal rasanya baru kemarin masuk semester satu."
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Frenemy
Fanfiction[Frenemy vol. 2] "I still hate you. But I like you. I just do."