Hai, aku masih hidup.
Aku memang diamuk habis-habisan oleh Liv gara-gara menjatuhkan slime di rambutnya. Dia tidak botak sih, cuma jadi pitak sedikit karena ada sebagian slime yang tidak bisa lepas ㅡjadi rambutnya harus digunting. Tetap saja, dia marah. Makin marah soalnya aku kabur karena harus kerja, tidak tega membangunkannya yang sedang tidur pulas.
Saat kami bertemu lagi besoknya, aku tahu harusnya aku minta maaf, tapi malah kelepasan tertawa melihat kepalanya yang pitak sedikit HAHAHAHAHAHAHAHA ㅡkan, masih tetap lucu tiap aku mengingat itu. Jadi, intinya, Liv sangat marah. Keadaan makin sulit karena biasanya dia langsung jinak kalau kucium, tapi sekarang aku tidak punya hak untuk melakukan itu.
Atau cium saja ya ㅡmasa bodoh dengan resikonya?
"Liv masih marah?"
Sedang asyik melamun sambil cari kunci motor, terdengar suara Jaehyun. Aku menoleh, tampak dia bersandar di kusen pintu ㅡseperti biasa dengan bayi bergelantungan di kakinya sambil meracau bahasa alien.
"Siapa yang nggak marah kalau kepalanya pitak gara-gara ketiban slime?" jawabku diiringi tawa kecil.
Jaehyun ikut tertawa, dia bawa Baby masuk ke dalam ruangan Liv kemudian mereka berdua duduk di karpet.
"Tapi rasanya lega liat dia ngamuk lagi. Sejak pulang dari Santorini dia jadi aneh. Denger Liv teriak-teriak, marah, berantem, jauh lebih normal daripada diem kayak zombie."
"Kan!" cetusku. "Kirain cuma menurutku aja dia jadi aneh!"
"Aneh banget, apalagi waktu tau siluman lem kayak kalian bisa putus. Liv sama sekali nggak bahas itu, makanya aku kaget pas tau. Waktu di Santorini ada sesuatu yang terjadi?" tanya Jaehyun.
Aku yang sudah berkali-kali mendengar pertanyaan itu menghela napas sejenak. "Nggak ada. Dia lebih jinak daripada biasanya sih emang, tapi mungkin karena efek luka tembaknya."
"Hm... orang normal nggak akan bisa liburan dalam keadaan kayak gitu. She's the real superhuman."
"Iya, terus sekarang jadi super aneh."
"By the way, kamu ngapain? Kalau Liv tau pasti langsung teriak maling," ujar Jaehyun.
Di saat yang sama, kunci motor Liv akhirnya kutemukan di salah satu laci meja kerjanya. Aku tersenyum lebar. "Yes, ketemu! Cari ini, kunci si Jongsuk."
"Belum cukup bikin dia pitak, sekarang motornya mau dicuri??" Jaehyun memelototi aku.
"Aku mau jemput Liv," sahutku sambir memakai jaket. "Minggir tetangga, sebentar lagi dia selesai kuliah."
"Ma- gugu- gugu!" seru Baby, kedua tangannya terulur ke atas.
"Nggak, Baby nggak boleh ikut. Besok aja main lagi, ya? Kiss me~" aku menunduk, kemudian mencium ubun-ubunnya. "Dah semuanya~~"
"Baca doa dulu, semoga dia nggak makin ngamuk!" seru Jaehyun sambil tertawa saat aku berlari turun lewat tangga perselingkuhan.
Mengingat keganasan Liv, Jaehyun pantas khawatir. Tapi tenang saja, aku sudah mempersiapkan kencan romantis supaya dia tidak marah lagi. Kalau beruntung, mungkin kami bisa balikan ㅡ walaupun kudengar dari Mina katanya Liv sekarang sudah punya pacar baru lagi. Hahahaha pacari saja lelaki manapun, dia tidak akan menemukan yang lebih keren dari aku.
Jongsuk alias motornya Liv kutemukan dengan mudah di garasi Peachdelight. Saat kupegang, debunya lumayan tebal. Aneh. Setahuku setidaknya dua hari sekali Liv memakai Jongsuk untuk menyalurkan hobi kebut-kebutannya. Tapi masa bodoh lah, yang penting sekarang aku mau membawa Jongsuk untuk menjemputnya di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Frenemy
Fiksi Penggemar[Frenemy vol. 2] "I still hate you. But I like you. I just do."