This chapter gonna be so freakin long, but first of all,
Happy reading~
Hari pertama setelah aku boleh pulang dari rumah sakit.
Aku boleh pulang tapi tetap harus terapi dan minum obat. Dokter bilang banyak trauma masa laluku yang terpicu, jadi aku harus berjuang untuk melawan pikiran negatif dalam diriku. Bahkan kalau bisa aku tidak boleh dibiarkan sendirian. Ini menyedihkan, bahkan aku belum berani datang ke Peachdelight lagi. Masa bodoh dengan kura-kura dan semua yang kupersiapkan untuk ulang tahun Mark tempo hari, aku tidak mau mengingat semua itu lagi. Di hari yang sama, sayangnya Mark juga harus ke Jepang selama berhari-hari. Entah kenapa rasanya berat sekali membiarkan dia pergi, padahal biasanya biasa saja.
Hari kedua.
Karena masih beresiko melukai diri sendiri sewaktu-waktu, jadi aku tinggal bersama Alice di rumahku. Untung Alice sudah tinggal menyusun skripsi, jadi tidak terlalu sibuk kuliah. Seharian aku bersamanya, dia mengurus semua keperluanku dan memastikan aku minum obat. Sekarang rasa sakit dari semua luka di tubuhku baru terasa. Jadi ingat, waktu usiaku baru dua belas aku sudah bisa menghajar orang dewasa. Pernah diam-diam pengasuhku kudengar berkata nyinyir, katanya aku monster dalam wujud boneka. Sekarang saat aku bercermin, diriku seperti boneka rusak. Banyak luka lecet, cakaran dan memar di sekitar kepala, leher, dan lengan akibat ulahku sendiri.
Hari ketiga.
Agak kacau karena kucing-kucingku hampir hilang. Mereka kabur keluar gerbang mengikuti elantra merah ㅡmungkin mengira itu mobil Mark. Sebuah hiburan karena Noel Leon tidak berkutik dimarahi Alice saat sudah ketemu. Kucing-kucingku takut sekali pada Alice kan ㅡtakut jadi sasaran salon-salonan.
Hari keempat.
Perlahan aku merasa makin baikan. Aku mengiyakan saat orang tua Alice mau datang berkunjung. Bagian menyenangkannya adalah mereka pengertian sekali, tidak menganggapku seperti orang sakit. Mereka membawa banyak makanan dan menyuruhku makan banyak. Aku ingin menangis karena terharu, tapi malu.
Hari kelima.
Entah efek samping obat atau apa, aku demam lagi dan berhalusinasi. Seingatku aku memanggil-manggil ibuku lalu akhirnya dia datang. Kukira itu pertanda kalau aku akan mati mengikutinya, tapi ternyata tidak. Justru dia menenangkanku sampai tertidur pulas.
Hari keenam.
Saat bangun pagi, aku sadar ternyata yang datang kemarin malam bukan ibuku ㅡtapi ibunya Jaemin. Alice bingung harus minta tolong siapa karena ibunya sendiri sedang di luar kota, jadi terpaksa. Bayangkan betapa canggungnya ada di satu tempat yang sama dengan Alice dan Na Jaemin setelah sekian lama. Apalagi Jaemin ditinggal pulang ibunya karena tidak bangun-bangun. Kurasa sebelum Jaemin pamit pulang, dia dan Alice bertengkar dulu di teras. Soalnya saat masuk rumah lagi wajah Alice sembap dan sepanjang hari dia tidak banyak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Frenemy
Fanfiction[Frenemy vol. 2] "I still hate you. But I like you. I just do."