chapter 34: house arrest plan

2.5K 634 158
                                    

Ayo kasih feedback like, comment, dan share yang banyak!
Sebentar lagi tamat nih~

Ayo kasih feedback like, comment, dan share yang banyak!Sebentar lagi tamat nih~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agak 18+ ya hehe
Namanya juga udah halal

*****


Jam sepuluh petang hari Sabtu.

Aku mengemudi sambil bertelepon dengan James tentang rencana kami. Iya, rencana yang mau mengobati Baby ke Shin Yamato. Setelah itu membawa obatnya untuk kakek Byun juga sekalian meminta restu supaya Liv boleh jadi istriku tanpa diusik mereka lagi. Kedengarannya seperti dongeng, memang. Tapi kalian tahu kalau jalur medis sudah tidak berhasil, jadi waktunya memakai cara primitif.

Hari ini tumben Liv tidak minta dijemput, katanya mau me time di rumah jadi dia pulang sendiri. Sikapnya masih aneh. Masih manja, menyebalkan, dan cengeng. Makanya aku heran saat tadi dia mau pulang sendiri, biasanya harus aku yang antar dan jemput ㅡkecuali ada kepentingan mendesak. Bagus deh, mungkin dia sudah mulai normal.

Ngomong-ngomong soal me time, Liv berarti maksudnya sedang merawat tubuh atau wajah sambil relaksasi di rumah? Wah bagus dong kalau begitu. Saat aku sampai di rumah nanti dia sudah lebih bersih dan wangi. Mungkin juga dia bilang mau me time untuk memancingku saja?









"Aku pulang~" seruku sambil masuk rumah.

Imajinasi tentang Liv pakai lingerie seksi langsung lenyap ketika melihat dia sedang duduk menonton TV mengenakan gaun tidur panjang warna cokelat. Ekspresinya serius pula. Tumben, biasanya tiap malam sengaja pakai baju tidur tidak sopan yang minta diterkam.

"Hai," dia menyapa dengan senyum. "Udah makan? Aku bikin mac n cheese."

"Udah. Kamu lagi nonton apa?" aku menoleh ke TV

"Rewatch Harry Potter," sahutnya.

"Astaga makannya banyak banget, makin hamil lemak," aku menepuk-nepuk perut Liv, seperti biasa gemas.

Dia menepisku. "Heh jangan dipukul-pukul!"

"Kenapa? Sakit ya??"

"Ng- nggak sih," dia membetulkan posisi duduk. "Aku kan baru makan, nanti muntah loh."

Kutatap Liv sambil senyum-senyum sendiri. "Kamu cantik banget sih, Liv?"

"Tiap hari kamu bilang gitu, aku bingung harus jawab apa lagi," ujarnya.

"Tapi beneran, kamu makin cantik tiap hari. Makanya aku jatuh cinta terus hehe."

"Jadi kalau aku nggak cantik bakal nggak cinta lagi?"

"Kamu nggak cantik itu kayak nggak mungkin terjadi. Walaupun lagi dalam keadaan dekil juga di mataku kamu yang paling cantik," ucapku tulus.

Liv tertawa kecil, dan itu membuat kecantikannya bertambah. "Kamu juga yang paling segalanya buat aku, Mark Lee."

More Than FrenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang