chapter 8: priority [2022]

28.8K 5.2K 1.4K
                                    

"You think missing me is hard?You should try being me and missing you, Mark Lee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You think missing me is hard?
You should try being me and missing you, Mark Lee."

🐧🐧🐧🐧🐧





















Di Peachdelight lagi akhirnya. Gelap gulita.

Aku tahu ini bukan saatnya takut pada zombie, tapi tetap saja aku terbayang-bayang sesuatu yang mengerikan tiba-tiba melompat dari kegelapan. Sekarang aku mengerti kenapa Alice kesal kalau diledek tentang phobia-nya pada bayi. Aku juga sebal kalau dibilang konyol karena takut gelap. Nyatanya memang aku takut, padahal aku tidak mau punya rasa takut.

"Pemanas ruangannya mati juga. Tapi mungkin ada air panas di dapur, sebentar," ujarku pada Mark.

"Jangan, bahaya," Mark menjegal lenganku. "Lagian gelap banget, emang kamu nggak takut?"

Nyaliku langsung ciut begitu melihat hanya hitam saja sejauh mata memandang. Kucengkeram lengan Mark lebih erat, lalu mengangguk.

"Di luar sedikit lebih terang. Lewat tangga balkon aja. Di kamarku ada lampu emergency," ujarku akhirnya.

Mark mengangguk setuju. Kami keluar lagi dari pintu utama lantai dasar Peachdelight, kemudian dengan hati-hati bergandengan naik tangga perselingkuhan yang terhubung ke kamarku. Tiba-tiba terdengar suara berisikㅡ kucing.

"Leon Noel? Mereka kenapa?" Mark menyadarinya duluan.

"Nggak tau, kenapa suaranya jadi kayak kucing garong? Jangan-jangan ada maling..."

Kami bertukar tatap, lalu bergegas mempercepat langkah menaiki tangga. Buru-buru kubuka pintu balkon yang terhubung dengan kamarku. Begitu pintu dibuka, dua ekor kucing muncul sambil mengeong-ngeong berisik, berusaha memanjat kaki Mark.

"Hey, nggak bakal bisa, kalian udah berat nggak kayak waktu bayi," Mark tertawa kecil. "Ternyata bukan maling, cuma gendut-gendut pada kangen."

Aku berdecak menatap Mark berjongkok supaya bisa meraup Noel dan Leon ke pelukannya. Rupanya mereka sudah mencium bau Mark dari jauh, jadi langsung berisik. Dasar kucing.

"Ayo masuk, kamu bisa beku kalau lebih lama di luar," kudorong punggung Mark ke dalam."

Lampu darurat menyala otomatis saat kami masuk. Tapi efeknya, aku jadi canggung saat melihat Mark lebih jelas. Salju menempel di rambut dan jaketnya. Sepertinya dia memang sudah lama kedinginan di luar. Kulitnya sampai pucat dan bibirnya keunguan.

"Nih, ganti baju sana," aku mengulurkan kaos terlarang pada Mark.

"Kamu yang harusnya ganti, nanti sakit," ujarnya. "Lohㅡ ini kan bajuㅡ"

"Oke, aku ganti di kamar mandi, kamu ganti di sini," sahutku tanpa memancing perdebatan.

Kuambil baju ganti lalu langsung masuk kamar mandi. Setelah menutup pintu, aku terdiam, memegangi dada yang berdegup-degup. Baju dan barang-barang Mark yang lain sudah kutitipkan di ruangan Jaehyun. Tinggal kaos terlarang karena Noel dan Leon suka tidur di atasnya.

More Than FrenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang