chapter 28: night guest [2023]

28K 4.8K 3K
                                    


Author's note:

Berhubung sebentar lagi ramadhan dan ini buku isinya pergaulan bebas, mending libur dulu aja nggak sih 4 minggu?

Tenang aja, kita bisa q&a dan aku ada project lain yang tayang selama ramadhan. What do you guys think?

*****














"What about break up? I mean break up and then get married HAHAHAHAHA."

Begitu katanya, bayangkan, literally di pinggir jalan, di Seattle yang asing. Langsung kupukul pundaknya saat Mark masih tertawa barbar setelah membuatku hampir jantungan. Karena salah, tingkah waktu itu aku mendahuluinya kembali ke hotel. Harus bagun pagi besoknya, kan. Dan benar saja besoknya kami bangun kesiangan karena lelah dan jetlag ㅡ ujung-ujungnya naik private jet.

Masalahnya, dia jadi membahas itu terus sejak natal sampai sekarang sudah Januari 2023. Entah bercanda atau sungguhan, Mark sering bilang soal menikah tahun ini. Alasannya cuma satu; dia takut aku diambil tiba-tiba. Wellㅡ soal itu sebenarnya aku juga jadi agak waswas. Sejauh ini aku belum memikirkan rencana memutuskan hubungan keluarga selamanya.


"Don't worry when I fight with you, worry when I stop because it means there's nothing left for us to fight for," kata Mark.

"Impossible," aku terkekeh, mencubit hidungnya. "Pasti kamu mancing keributan lagi."

"Hey, jangan kabur," panggil Mark, padahal aku cuma mau mengambil buah di kulkas. Kami baru sampai di Peachdelight yang hampir tutup. "Back to topic, kamu harus belajar hidup tanpa bayang-bayang nama marga yang sekarang."

"Oh, come on Mark, aku juga benci sama nama belakangku. Kalau bisa pilih aku nggak mau punya nama Byun."

Suaranya mendekat, disusul dagu Mark menumpu di pundakku. "Yes, Lee suits you better. Livia Lee."

"Really? Kata Jaemin jadi kayak nama ketua penjahat di film action," ujarku sambil memotong-motong apel, peach, dan semangka.

"Iya juga ya," Mark tertawa dengan suara beratnya di dekat telingaku. "Damn, Liv, what makes  you smell so heavenly?"

"Ish, geli!" aku berkelit karena dia mengendus-endus di leherku. "Mending makan aja nih!"

Mulut Mark mengunyah potongan buah yang tadi kusuapkan. Tapi kemudian mulai menggangguku lagi. Kedua tangannya mengunciku di kanan dan kiri meja, jadi aku tidak bisa ke mana-mana setelah selesai memotong buah.

"Minggir, ayo makan buahnya sambil nonton TV kayak tadi," ujarku, berbalik sehingga kami berhadapan dalam jarak dekat.

Mark malah bergeming menatapku. "Aku berubah pikiran. I want you officially be mine this year."

More Than FrenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang