"Baby udah sebesar itu? Terakhir dibawa ke sini baru bisa duduk."
"Sekarang udah bisa berdiri tapi masih pegangan, makanya nggak bisa ditinggal sama sekali."
"Lucunya~ pantesan Daniel minta adik terus."
Ibunya Mark tersenyum gemas melihat foto-foto Baby di instagram Jaehyun. Sekarang dia bahkan lebih banyak mengunggah foto Baby daripada fotonya sendiri. Rasanya waktu berlalu sangat cepat sejak kami menemukan Baby. Bulan demi bulan berlalu dan anak itu tumbuh makin besar.
"Liv, nggak usah. Udah malem, kamu tidur aja," ujar ibunya Mark saat aku mengemas bekas minuman dan makanan di atas meja.
"Nggak apa-apa, cuma beresin sampah nggak akan makan waktu satu jam." Aku tersenyum.
"Kamu kan calon menantu, bukan asisten rumah tangga."
Mampus, mukaku pasti langsung merah. Aku mengusap punggung tangan ibunya Mark di pundakku. Tinggal ada kami berdua di ruang keluarga yang baru dipakai untuk merayakan ulang tahun Mark. Semua sudah ke kamar masing-masing, aku bersikeras untuk membantu sedikit merapikan sisa-sisa pesta kecil keluarga ini.
"Kapan kamu wisuda, Liv?" tanya ibunya Mark sambil menumpuk piring kotor.
"Tahun depan kayaknya. Semoga," sahutku.
"Cool. Langsung lanjut spesialis?"
"Um... belum tau. Harus internship dokter umum dulu."
"Jadi dokter prosesnya sepanjang itu?"
"Iya, tapi seru," aku tersenyum, mengikat kantong plastik besar penuh sampah. "Ini dibuang ke luar sekarang, atau?"
"Ngga usah. Tidur sana, pasti capek kan habis dari rumah Alice terus pesta lagi di sini?" dia mendorong pundakku ke arah kamar. "Biarin besok aja. Good night~"
"Okay, then. Night," aku mengangkat bahu kemudian berjalan ke lorong yang terhubung ke kamar Mark.
Sejak insiden obat kuat, aku dan Mark tidak dibolehkan tidur sekamar lagi. Jadi, tiap menginap di rumah ini dia tidur di kamar Daniel dan aku di kamarnya. Kamar Daniel tepat di seberang kamar Mark. Aku berhenti sebentar menatap pintu putih dengan gantungan bentuk roket dan tulisan 'Daniel Lee'. Paman dan keponakan itu mungkin sudah tidur pulas.
Aku masuk ke dalam kamar Mark yang dicat abu-abu. Aromanya khas sekali, seperti Mark. Walaupun jarang dihuni, tapi kamar ini bersih dan rapi. Sangat Mark Lee dengan gitar di pojokan, beberapa foto masa kecilnya, dan bantal semangka di kasur. Karena lelah, aku langsung ganti baju lalu ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Besok harus bangun pagi karena ada kuliah.
"Hai sexy~"
"WHAT THEㅡ Heh! Ngapain kamu di sini?"
Kupelototi Mark yang sudah membuatku hampir jantungan. Dengan bodohnya dia cengengesan di atas kasur, entah kapan masuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Frenemy
Fanfiction[Frenemy vol. 2] "I still hate you. But I like you. I just do."