Malam, Dears!
Tiga hari libur, kangen sama Hara, enggak?
Tadinya mau update besok, tapi takut dikira ngilang lagi, bela-belain deh ngetik malam ini.
Bab 35 dibagi dua seperti biasa. Jawaban dari pertanyaan yang sudah kalian jawab di bab 34.5 bisa kalian ketahui di bab 35.5 nanti, ya.
Sementara, mari kita kawal perasaan Adhiyaksa yang mulai dugun-dugun.
Vote, comment, dan share cerita ini sama teman kalian.
Happy reading!
***
Kemarahan jelas tersirat di mata Kissy. Ingin rasanya dia mengumpat, memaki, atau bersikap bar-bar seperti biasa. Akan tetapi, melihat bagaimana Adhiyaksa menatapnya penuh penyesalan, buncahan amarah itu berubah surut. Sudut hatinya yang lain seolah-olah ingin memahami keadaan sulit yang juga sedang Adhiyaksa hadapi.
"Jadi, apa yang dikatakan mereka padaku itu bohong?" Suara Kissy begitu lemah, menahan sisa kecewa yang tak sanggup dia tampakkan.
Melihat bagaimana Adhiyaksa mengangguk, bahu Kissy sontak merosot turun. Dia menghela napas berat sembari berkata, "Kebohongan memang selalu terlihat manis daripada kebenaran. Seharusnya aku tahu kalau perusahaan sebesar Prasaja Corp. tidak akan menghabiskan waktu dengan menaruh minat pada website sederhana milikku."
Jantung Adhiyaksa seperti diremas kuat. Dengan dalih ingin memberitahu Kissy langsung tanpa perantara orang lain, Adhiyaksa malah membuat satu kebohongan yang semakin menambah kekecewaan Kissy. Adhiyaksa tahu apa yang dirinya lakukan tak bisa dibenarkan. Namun, alih-alih marah dan meneriakinya, Kissy menunduk sembari memilin jari-jemarinya.
"Aku yang meminta mereka berbohong padamu," aku Adhiyaksa, tak ingin lagi menyembunyikan kejadian sebenarnya lebih lama. "Kissy, aku benar-benar minta maaf. Aku hanya ingin mengakui kesalahanku langsung. Jadi, lakukan apa pun padaku agar rasa marah dan kecewamu terlampiaskan. Jangan hanya diam."
Kissy menaikkan pandangan, menantang manik legam Adhiyaksa. Sorot mata Kissy yang biasanya ceria dan penuh semangat, kini berubah layu.
"Lalu setelah itu apa? Dengan aku marah, memaki, atau memukulmu habis-habisan, apa buku itu akan kembali lagi padaku? Tidak, bukan?"
"Tidak. Tapi setidaknya, kamu bisa memberiku hukuman yang setimpal. Dengan begitu, rasa bersalahku akan sedikit berkurang."
Kissy mengosongkan seluruh udara dalam paru-parunya dengan satu embusan napas. "Kamu tidak bersalah, Adhiyaksa. Meskipun mereka berbohong atas permintaanmu, aku tidak bisa mengabaikan keberanianmu mengakui semua ini langsung."
"Semua ini tidak akan terjadi jika aku—"
"Tidak perlu berandai-andai. Aku tahu kamu tidak berniat mencuri buku itu dariku."
Pemahaman yang Kissy perlihatkan begitu menyentuh hati Adhiyaksa. Lagi-lagi Kissy menjadi orang pertama—selain Mala—yang mencoba memahaminya dalam keadaan terburuk apa pun. Padahal Kissy hanya orang asing yang belum lama dia kenal.
Gadis itu bukan saudara atau sanak keluarga yang bertalian darah. Akan tetapi, demi seseorang seperti Kissy, Adhiyaksa seolah-olah bisa melakukan banyak hal yang awalnya terlihat tak akan mampu dia lakukan. Dia mengabaikan segala risiko yang mungkin berdampak besar bagi dirinya dan perusahaan.
"Aku bisa meminta bukumu kembali. Mereka pasti paham setelah aku jelaskan kesalahpahaman ini sembari memberikan alternatif lain."
"Dan membuatmu kehilangan pekerjaan setelahnya?" Kissy menggeleng tegas.
Kissy memaksakan senyum, mencoba mengenyahkan kecewa di hadapan Adhiyaksa. Dia tak ingin pria itu bertingkah bodoh karena dirinya. Semua sudah telanjur terjadi. Mungkin memang sudah takdirnya begitu. Kissy tak akan menyalahkan siapapun. Dia juga tak begitu dirugikan dengan adanya kerjasama itu meskipun dia harus bekerja keras lagi demi butik impian yang ingin dia bangun.
"Jangan mengorbankan banyak hal untuk sesuatu yang tidak kamu lakukan." Kissy berbalik menggenggam kedua tangan Adhiyaksa.
"Aku percaya bahwa apa yang terjadi sudah kehendak Tuhan. Dan tidak ada kehendak-Nya yang berakhir tidak baik bagi umat-Nya. Buku itu mungkin bukan milikku lagi, tapi aku bisa bekerjasama dengan Prasaja Corp. berkat dirimu. Aku akan mendapatkan pengalaman berharga. Selain itu, Tuhan sedang memberiku kesempatan untuk lebih giat bekerja keras karena Tuhan tahu kalau mimpiku tak main-main," sambung Kissy.
Sedetik setelah Kissy berbicara panjang lebar atas nama Tuhan, Adhiyaksa mengubah penilainya terhadap Kissy seratus delapan puluh derajat. Kissy adalah gadis baik yang selalu berpikir positif. Kepolosannya bukan kekurangan yang menjadikan dirinya terlihat bodoh, tetapi kepolosan itu melambangkan kemurnian yang Kissy punya. Gadis itu mungkin sedikit ceroboh, tetapi dia begitu tulus.
Jika kemarin Adhiyaksa tak sengaja mengatakan suka, kini rasa itu berkembang pesat. Dia tak berani menafsirkan jenis perasaan apa yang sedang menyelubungi hatinya. Yang Adhiyaksa tahu, detak jantungnya berubah lebih riuh.
"Aku akan memastikan semua mimpi-mimpimu terwujud," janji Adhiyaksa seraya memandang Kissy lamat.
Tbc
Uhui, coba kasih tahu Mas Adhy itu lagi ngerasain apa? Wkwkwk
Sudah vote?
Sudah komen?
Sudah share ke teman kalian?
Sudah siap sama dugun-dugun di bab selanjutnya?
Terima kasih sudah membaca cerita ini sampai sejauh ini. ❤️
Big hug,
Vanilla Hara
22/03/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...