Pagi, Dears! ^^
Sebenarnya Hara mau update tadi malam, tetapi mati lampu. Baterai ponsel Hara keburu kritis. Maaf ya baru bisa update pagi ini.
Budayakan vote sebelum baca,
Biasakan komentar di akhir cerita.Happy reading!
***
Apa yang dilakukan Adhiyaksa sangat kontras dengan Kissy. Dia sampai bercucuran peluh di dapur. Sepertinya, Kissy terlalu bersemangat sehingga membuat dapur tak lagi berbentuk. Kendati demikian, seulas senyum terukir manis di bibirnya kala usahanya membuahkan hasil.
Omelet isi sayuran dan kornet tersaji di atas piring hitam. Walaupun bentuknya tidak begitu cantik, Kissy luar biasa percaya diri dengan bumbu racikannya. Dia bahkan menyeduh teh sebagai teman hidangan. Ya, Kissy memilih teh daripada kopi mengingat wajah Adhiyaksa kurang tidur.
Lingkaran di bawah mata pria itu tercetak jelas. Dia bertekad menghilangkan wajah zombie Adhiyaksa itu dengan menyuruhnya istirahat setelah sarapan. Oleh karena itu, teh pilihan yang tepat agar memberikan sensasi relaxing dibanding kafein.
Kissy segera melepas celemek yang dia kenakan. Dia lantas mengumpulkan peralatan dapur yang kotor di bak cuci piring. Dia hendak mencuci semua peralatan perangnya itu, tetapi tiba-tiba menepuk kening. Badannya segera berbalik seiring langkahnya yang semakin rapat guna memanggil Adhiyaksa.
Belum juga nama Adhiyaksa meluncur dari linguanya, Kissy tertegun. Kakinya yang tadi bergerak terburu-buru seketika terpaku. Melangkah perlahan dan hati-hati, dia mendekati Adhiyaksa yang tertidur. Dia berjongkok di sisi kursi tidur, mengamati wajah damai Adhiyaksa yang kini tak jauh.
"Bien dormi, Monsieur!" bisiknya sembari menurunkan bokongnya menyentuh lantai. Dia melipat kedua tangannya di sisi kosong kursi. Kemudian Kissy tergoda untuk ikut merebahkan kepalanya, tetapi pandangannya tak beralih.
Beberapa saat, Kissy bergeming. Bola matanya bergerak mengikuti rambut depan Adhiyaksa yang tertiup angin. Kissy tergoda untuk menyentuh dan merapikan rambut ikal itu, tetapi dia takut Adhiyaksa terbangun. Dan lambat laun, dia malah disergap kantuk. Dalam sekejap, dia tak lagi peduli di detik berapa alam mimpi menyeretnya masuk.
oOo
Adhiyaksa meletakkan kedua tangannya di pinggang. Satu desahan keras lolos bersamaan dengan masing-masing bahunya yang bergerak turun. Dia baru saja memindahkan Kissy ke atas sofa. Sekali lagi, gadis itu tertidur tanpa tahu tempat, membuat Adhiyaksa membopongnya untuk kali kedua.
Semula Adhiyaksa ingin membawa Kissy ke kamar, tetapi dia lupa kalau gadis itu belum menunjukkan di mana kamar Kissy ataupun kamar Adhiyaksa. Sementara itu, dia tidak mau menanggalkan sopan santun dengan melakukan tour apartemen sendirian. Jadi, sementara biarlah Kissy dia baringkan di sofa. Dia tak lagi memiliki banyak waktu. Dan dia tak ingin membangunkan Kissy yang terlihat pulas.
Usai melirik arloji yang melingkar di tangan kanannya, kepala Adhiyaksa bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari sesuatu. Ketika netranya menemukan kamar mandi di dekat dapur, dia bergegas membasuh muka agar lebih segar. Setelah itu, dia beranjak menuju kopornya yang tergeletak mengenaskan di belakang sofa single. Tanpa membuang-buang waktu, dia membongkar kopor tersebut dan mengambil sebuah jas.
Baru saja lengan kirinya terulur hendak mengenakan jas, pandangannya tak sengaja mengarah ke meja makan. Secangkir teh masih terlihat mengepul. Dia sontak menoleh ke arah Kissy dengan glabela berkerut.
"How long did you sleep beside me before?" gumamnya lebih pada diri sendiri.
Menimbang waktu sejenak, akhirnya Adhiyaksa menghampiri meja makan. Kerutan di glabelanya semakin bertambah kala melihat sajian abstrak di sebuah piring hitam. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya hendak Kissy masak. Namun, melihat bentuk hasil masakan gadis itu, Adhiyaksa lebih bingung walaupun sekadar menyebutkan nama.
Dalam pengamatannya, sajian itu hanya telur yang dimasak terlalu matang sehingga tak lagi berwarna kuning keemasan, melainkan condong ke arah nyaris gosong. Belum lagi bentuknya yang menyerupai telur orak-arik, mungkin. Adhiyaksa tidak bisa memastikan. Ditambah lagi wortel dan beberapa sayuran hijau yang dimasak serba berkebalikan. Dalam satu kerlingan mata, Adhiyaksa bisa melihat kalau wortelnya belum matang–nyaris mentah, sementara gubisnya telah lembek karena dimasak terlalu lama.
"How terrible it is! What did you think when you cook this dish, Woman?" desah Adhiyaksa sembari menggeleng beberapa kali.
Dia menggeser kursi pelan, meminimalisir suara. Jika Adhiyaksa sedang berada di salah satu dining restaurant dengan menu tersebut, dia tak akan segan menegur kokinya langsung. Akan tetapi, kali ini dia ingin bermain cukup adil.
Mempertimbangkan bagaimana antusiasnya Kissy memasak, jiwa kemanusiaannya tergugah untuk mencicipi makanan yang tersaji. Siapa tahu hanya look-nya saja yang tidak appetizing, tetapi rasanya juara.
Adhiyaksa menyeruput teh sedikit sebelum menyuap setengah sendok telur gagal masak tersebut. Seketika kedua matanya menyipit, mencoba mengurai racikan bumbu apa saja yang Kissy pakai. Jujur, Adhiyaksa kehilangan kata-kata untuk menggambarkan rasanya. Asin, manis, asam, dan rasa pahit yang tidak seimbang saling berebut di indera pengecapnya. Susah payah dia menelan, tetapi gerahamnya baru saja menggigit sesuatu yang agak keras.
"Cangkang telur," gumamnya.
Adhiyaksa meneruskan kunyahannya tanpa melepeh lebih dulu cangkang telur yang baru saja teridentifikasi pengecapnya. Normalnya, setelah satu suapan itu dia berhenti. Namun, Adhiyaksa terus menjejalkan suapan demi suapan ke mulutnya sampai piring hitam itu licin dan bersih. Dia lantas meneguk habis secangkir teh yang rasanya lumayan bisa diterima.
Sebelum pergi, piring dan cangkir kotor itu sengaja dia biarkan. Dia ingin Kissy tahu bahwa bagaimanapun rasa dan bentuk masakan gadis itu, Adhiyaksa telah menandaskannya. Terakhir dia meninggalkan note singkat di secarik kertas kecil yang sengaja dia selipkan di bawah tatakan cangkir.
Merci beaucoup!
Next time, let's cook this dish well.Tbc
*Bien dormi, Monsieur! : Tidur nyenyak, Pak!
*Merci beaucoup! : Terima kasih banyak!Di COFFEE BREAK, Adhiyaksa pernah menyinggung skill masak Kissy, 'kan?
Kalian yang ngeh pas baca, pasti dari awal enggak bakal berkespektasi lebih kalau Adhiyaksa bakalan jatuh cinta perkara masakan Kissy enak. Bukan. Bukan seperti itu. Masakan Kissy terrible, katanya. Wkwkwk
Tapi abis ya, Pak?
Apa komentar kalian di bab ini?
See you!
Big hug,
Vanilla Hara
30/11/20
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...