Pagi, Dears!
Apa kabar?
Masih ada yang setia menunggu kisah Kissy dan Adhiyaksa?
Bulan Agustus ini, cerita ini bakal Hara rampungin di sini. Tinggal beberapa bab aja. Yang sudah baa di karyakarsa duluan pasti sudah tahu.
Untuk extra part, nanti Hara enggak publish di sini, ya. Tapi nanti Hara kasih info di sini di mana kalian bisa akses extra part-nya.
So, langsung saja.
Vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalin.
Happy reading!
***
Dalam waktu satu jam setengah, keduanya sudah berada di ruang tunggu bandara. Kissy terus merangkul dan bergelayut pada lengan Adhiyaksa seolah-olah tak mau lepas. Padahal sebelumnya Kissy baik-baik saja mendengar suaminya itu akan pergi beberapa hari.
"Sugar, aku harus check in sekarang. Kalau tidak, aku akan benar-benar ketinggalan pesawat." Adhiyaksa mengusap punggung tangan Kissy yang melingkari lengannya.
"Harus pergi sekarang?"
"Hanya tiga hari. Aku janji hari keempat sudah di sini."
Kissy menghela napas. Dia sengaja mengosongkan seluruh udara dalam paru-parunya sebagai pertanda bahwa dia merasa keberatan dengan kepergian Adhiyaksa. Namun, Kissy berusaha untuk bersikap dewasa. Dia akan mengizinkan Adhiyaksa pergi sekarang sekalipun terasa berat.
"Baiklah." Kissy melepas rangkulan tangannya. Dia menunduk sembari memainkan jari-jarinya di pangkuan.
Adhiyaksa beringsut, duduk berjongkok di depan Kissy. Dia meraih tangan Kissy dan menggenggamnya hangat. Manik matanya mencari manik mata Kissy.
"Boleh aku pergi sekarang, hm?"
Kissy mengangguk pelan. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia tak menyangka nyaris menangis tersedu-sedu karena ditinggal oleh Adhiyaksa beberapa hari saja. Untung saja, Kissy masih ingat kalau mereka sedang berada di tempat umum. Dia tidak mau malu atau mempermalukan suaminya itu dengan tingkahnya yang kekanakan.
Adhiyaksa bersimpuh, membawa kepala Kissy ke dadanya. Dia mengecup kening Kissy seraya membisikkan kata-kata perpisahan yang seluruhnya berisi janji untuk kembali.
"Aku sudah berjanji dan aku pasti akan menepatinya, Sugar. Jadi, tolong jangan ingkari janjimu juga. Tunggu aku apa pun yang terjadi. Okay?"
Susah payah menahan bendungan air mata yang setiap detik hendak jebol, akhirnya Kissy meloloskan buliran-buliran hangat itu. Dia mengangguk-angguk saja mengiyakan. Dia tak lagi sanggup bicara. Entah mengapa, hatinya menginginkan hal sebaliknya. Alih-alih mendengar janji Adhiyaksa untuk kembali, dia lebih menginginkan suaminya itu urung pergi.
Adhiyaksa membiarkan Kissy terisak sebentar dalam pelukannya sampai istrinya itu sedikit tenang. Setelah itu, dia melepas pelukannya dan mengajak Kissy berdiri. Dihapusnya jejak-jejak air mata di pipi Kissy. Lalu dia menyatukan bibir mereka sebentar untuk terakhir kali.
"Aku pergi, ya? Ferdinan menunggumu di luar. Kamu pulang sama dia. Ingat, kalau butuh apa-apa, hubungi dia. Minta tolong sama dia selama aku tidak ada. Hari ini kamu di rumah saja, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...