BREAK UP #48

966 148 27
                                    

Malam, Dears!

Seperti janji Hara, BREAK UP update lagi.

Seneng?

Makanya ramein, ya. Detik-detik Kissy dan Adhiyaksa mau pamit ini. Tinggal 4 bab lagi kalau enggak salah.

Langsung saja.

Vote, comment, amd share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!






***








Bau obat-obatan begitu menyengat, menyeruak masuk dalam indera penciuman Kissy. Kelopak mata yang sejak tadi terpejam itu perlahan terbuka. Kissy mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh pupil mata.

"Cy, kamu sudah sadar?"

Christian segera menghampiri brankar Kissy usai mengurus beberapa admisnistrasi yang diperlukan. Tadi dia juga sempat berbicara dengan dokter yang menangani Kissy. Entah kenapa Christian benci harus menyampaikan hal-hal buruk pada sahabatnya itu. Pun kali ini.

"Ini ... rumah sakit?" tanya Kissy sesaat setelah melayangkan pandang ke sekitar.

"Iya. Kamu tadi pingsan. Aku panik. And I took you to go to hospital. Do you feel better now?"

"Ya. Thank you!" jawab Kissy seraya melihat tangan kanannya yang terpasang infus.

Christian menarik kursi kecil untuk duduk. Lalu dia meminta atensi Kissy dengan menyentuh punggung tangan kiri sahabatnya itu. Tepat ketika Kissy menoleh, Christian sudah membuka bibir. Sayang, dia tak memiliki cukup nyali. Dia tak bisa menebak bagaimana reaksi Kissy setelah mendengar satu lagi berita darinya.

Menyadari kebimbangan Christian, Kissy pun angkat bicara. "What happend, Chris? Ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?"

Menipiskan bibir, Christian pun mengangguk. Di menatap tepat manik mata Kissy, mencoba mencari keyakinan untuk menyampaikan. Cepat atau lambat, baik atau buruk, Kissy layak untuk tahu. Dari bagaimana respons Kissy di kampus tadi, Christian bisa langsung menyimpulkan kalau sahabatnya itu telah ditipu habis-habisan.

Christian ingin marah. Kepalan tangannya gatal ingin meninju bajiangan yang sudah mengambil keuntungan dari gadis baik seperti Kissy. Sayang, malam tadi Kissy sempat bercerita kalau bajingan itu sedang tidak bermukim di Paris. Jadi, tak banyak yang bisa Christian lakukan selain memastikan keadaan dan kesehatan Kissy. Namun, hal itu malah menjadi buah simalakama baginya. Lagi-lagi dia menjadi pengantar berita.

"Ada apa? Aku ... tidak sakit serius, 'kan?" Melihat Christian lama terdiam, dia tak bisa untuk tidak memikirkan hal buruk lain yang sedang mengiringi hidupnya.

"Cy ... apa kamu dan Adhiyaksa benar sudah menikah?" tanya Christian hati-hati.

Dia sadar kalau mengangkat topik tentang bajingan itu sekarang bukanlah pilihan yang baik. Akan tetapi, Christian tak bisa menahan pertanyaan yang sejak tadi menggedor-gedor otaknya. Dia harus memastikan kalau apa yang hendak dirinya sampaikan bukan menjadi sebuah berita buruk bagi Kissy.

Meskipun bingung, Kissy menjawab, "Iya. Kami berdua menikah di gereja lima bulan lalu. Tapi, Chris ... sungguh. Aku ... aku bukan pelacur. Aku—"

Kissy kembali terisak. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia bisa merasakan elusan lembut Christian di pundak kirinya.

"Aku ... aku tidak tahu apa pun tentangnya. Aku hanya tahu nama lengkap dan pekerjaannya. Tapi aku tidak pernah menyangka kalau dia adalah pewaris Prasaja Corp. Aku pikir itu hanya sebuah nama. Lagi pula, dia berkata kalau pekerjaannya hanyalah karyawan biasa. Aku—"

"Iya, aku mengerti."

Tangis Kissy tak bisa serta merta berhenti. Otaknya terus memutar kenangan-kenangannya bersama Adhiyaksa. Hatinya merutuk, betapa bodohnya dia hingga bisa ditipu mentah-mentah. Pantas saja pernikahannya tak Adhiyaksa resmikan.

Adhiyaksa juga selalu memintanya menunggu dan terus menunggu. Ternyata bagi Adhiyaksa, Kissy hanyalah sebatas wanita simpanan. Sekarang, Kissy kehilangan keyakinan apakah Adhiyaksa akan kembali padanya atau justru meninggalkannya selamanya. Jika memang Adhiyaksa memilih pergi setelah memorak-porandakan hidupnya sedemikian rupa, maka Kissy tak akan banyak bertanya lagi. Sudah teramat jelas posisinya bagi pria yang sempat dia gadang-gadang sebagai pria yang paling dicintainya itu.

"Aku harus bagaimana, Chris?"

"Kamu sendiri sudah tahu apa yang harus kamu lakukan, Kissy. Tapi aku tidak akan memaksamu melakukannya jika memang itu berat untukmu. Apalagi ...."

Kissy menurunkan telapak kanannya. Pipinya terlihat basah. Kelopak matanya mulai membengkak karena banyak menangis.

"Apa?" tanya Kissy.

Christian mengembuskan napas berat. Di satu sisi dia tak tega, tetapi di sisi lain dia berkewajiban menyampaikan.

"You're pregnant."

Tbc

Sementara Hara balesin komentar bab sebelumnya, kalian komentar lagi di sini, ya.

Terserah.

Apa pun.

Asal ninggalin jejak.

Thank you, Dears! ❤️











Big hug,
Vanilla Hara
26/08/2021

BREAK UP | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang