BREAK UP #37

1.5K 226 31
                                    

Pagi, Dears!

Hara update lagi. Bakal update lagi kalau vote bab ini sampai 100.

Bab 37 lanjutan nanti ada scene Mas Adhy sama Mbak Kissy *uhuk lho! Penasaran? Giat-giatlah buat vote dan comment di sini.

Sudah siap baca?

Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!










***












"Pak, apa semua ini tidak terlalu berisiko?"

Usai acara pemberkatan pernikahan dadakan yang Adhiyaksa gelar, Ferdinan meminta waktu untuk bicara berdua dengan atasannya itu. Alhasil, keduanya menyingkir ke tempat agak jauh. Tentu saja setelah Adhiyaksa meninggalkan Kissy dalam mobil lebih dulu. Bukan karena tak ingin istrinya itu ikut campur, tetapi apa yang akan Ferdinan sampaikan, belum waktunya Kissy untuk tahu.

Adhiyaksa bergeming. Dia mengerti maksud dari pertanyaan Ferdinan. Di antara relasi dan pekerjanya yang lain, Ferdinan lebih dapat dipercaya. Pria itu layak disebut tangan kanan Adhiyaksa setelah menunjukkan begitu banyak loyalitas, baik dalam hal pekerjaan atau hal lainnya.

"Saya tahu apa yang saya lakukan. Kamu sudah mendapat informasi yang saya minta?" Sorot tegas mata Adhiyaksa tak berkurang.

"Sudah, Pak. Saya sudah kirim lewat email pribadi Bapak, bukan email biasa yang terhubung untuk urusan kantor dan mudah dilacak."

Kepala Adhiyaksa bergerak naik-turun. Dia puas dengan cara kerja Ferdinan. Dia benar-benar tak salah memercayai orang.

"Saya akan memeriksanya nanti. Tapi, Ferdinan ...." Adhiyaksa ragu melanjutkan ucapannya.

"Tidak ada yang tahu tentang bagaimana saya bisa berada di sini sekarang. Semuanya clear, Pak."

Adhiyaksa tak bisa mengendalikan matanya untuk menelisik penampilan Ferdinan sekarang. Orang kepercayaannya itu tak lagi berbalut jas mahal, melainkan pakaian sederhana serba hitam yang tak begitu mencolok. Belum lagi topi senada yang setia melingkupi kepala.

"Saya percaya kamu bisa dengan mudah menyelinap dan mengelabui orang-orang suruhan Papa," ujar Adhiyaksa seraya menepuk-nepuk pundak Ferdinan. "Tapi, jangan pikir saya sudah memaafkan kamu soal buku sketsa Kissy itu." Suara Adhiyaksa yang tajam dibubuhi nada kesal.

Ferdinan meringis dengan rasa bersalah yang menggunung. Jika bukan karena ulahnya, atasannya itu pasti tak akan terlibat terlalu jauh seperti ini.

Berada di pihak Adhiyaksa yang sejak dulu diam-diam memberontak pada kekuasaan yang dimiliki Prasaja saja sudah berisiko besar. Apalagi sekarang di mana Adhiyaksa sepertinya mulai merencanakan pemberontakan secara terang-terangan. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja kapan perang antar keluarga itu akan pecah. Satu hal yang pasti, menang atau kalah, dia tak akan pernah mengkhianati Adhiyaksa yang telah banyak membantu hidupnya.

"Maaf, Pak. Seharusnya saya lebih berhati-hati. Jadi, Bapak tidak perlu bertindak sampai sejauh ini," sesal Ferdinan dengan suara begitu dalam.

Adhiyaksa mengosongkan paru-parunya dengan hati-hati. Dia menggerakkan kepala ke samping, sedikit melewati bahu sekadar untuk memerhatikan Kissy dari jauh. Wanita yang telah dia jadikan istri itu tengah tersenyum sembari tak henti menghidu bunga mawar putih pemberiannya.

"Jika mendapatkan wanita tulus dan baik sepertinya adalah keuntungan dari semua ini, saya tidak keberatan melakukannya." Pandangan Adhiyaksa kembali pada Ferdinan. "Kissy layak mendapatkan semua ini. Dan saya akan lakukan apa pun untuk membahagiakannya mulai sekarang."

Walau samar tersirat, Ferdinan tak bodoh menangkap kilatan perasaan yang sempat mampir di kedua mata Adhiyaksa. Tahu benar bagaimana sepinya hidup Adhiyaksa selama ini, membuat Ferdinan berharap banyak dengan kehadiran Kissy. Adhiyaksa memang seperti kloningan Prasaja. Namun, tak banyak yang tahu kalau Adhiyaksa lebih memiliki hati nurani meskipun sering berkeras hati bila sudah menyangkut urusan pekerjaan.

"Saya mengerti," jawab Ferdinan.

Banyak hal yang sebenarnya ingin dia sampaikan, tetapi Ferdinan lebih memilih memendamnya kembali. Saat ini, kapasitasnya hanya dalam bentuk support penuh berbalut doa yang tulus. Dia tak memiliki hak untuk bertanya lebih jauh tentang kerumitan hubungan asmara Adhiyaksa ke depannya. Apalagi sampai harus meragukan keputusan yang telah Adhiyaksa buat.

"Satu lagi. Tolong pantau terus permohonan pembatalam perkawinan yang saya ajukan. Jika butuh bantuan hukum, kamu sudah tahu kepada siapa meminta bantuan, bukan?"

Ferdinan mengangguk patuh.

"Bagus. Saya ingin secepatnya lepas dari Amira dan meresmikan pernikahan ini. Amira juga sepantasnya bahagia, bukan terjebak dalam pernikahan semu yang Papa dan keluarga Benazir rancang."

Kali ini Ferdinan sependapat. Apa yang Prasaja dan keluarga Benazir lakukan sudah melampaui batas. Tidak berperasaan, apalagi termaafkan. Orang-orang serakah itu tega mengorbankan kebahagiaan anak masing-masing demi lembaran rupiah. Adhiyaksa dan Amira dipaksa terikat dalam hubungan yang sama-sama menyiksa.

"Akan saya usahakan yang terbaik," sahut Ferdinan, meneguhkan janji. Adhiyaksa menjawabnya dengan gumaman kecil. "Apa Bapak akan membawa Nona Kissy berlibur? Bulan madu?"

Kedua mata Adhiyaksa menyipit. Glabelanya mengerut, sementara tangan kanannya mengelus dagu. Di kala Adhiyaksa masih sibuk berpikir, Ferdinan kembali memberikan pendapat.

"Progres perusahaan baru saja memasuki proses produksi. Akan sangat berisiko jika Bapak tiba-tiba menghilang dari edaran sekarang. Orang-orang Tuan Besar akan curiga dan melaporkannya. Besar kemungkinan, mereka akan diminta menyelidiki gerak-gerik Bapak lebih intens."

"Saya tahu Papa bukan orang yang gampang dikelabui. Cepat atau lambat, Papa pasti akan menerima surat panggilan terkait permohonan pembatalan perkawinan yang sudah saya ajukan. Begitu pun Amira. Jadi, saya tidak akan membawa Kissy kemanapun dalam waktu dekat ini."

Ferdinan sedikit bernapas lega. Dia sedikit was-was tadi, takut Adhiyaksa bertindak gegabah hanya karena seorang wanita.

"Kalau begitu," Ferdinan merogoh saku dalam mantel hitamnya. "Titip ini untuk Nona Kissy. Hadiah pernikahan dari saya untuk Bapak dan istri," sambung Ferdinan seraya memberikan satu kotak beledu panjang berwarna hitam.






Tbc


Pertanyaannya, menurut kalian siapa yang berkhianat nanti?

Yang baca COFFEE BREAK pasti tahu bagaimana Tuan Besar sampai tahu semua rencana Adhiyaksa ini.

So, siapa?

Sudah vote?

Ingat, butuh 100 votes untuk ke scene lanjutan. Wkwkwkkwk

Sudah comment?

Comment yang banyak juga boleh.

Thank you! ❤️











Big hug,
Vanilla Hara
05/04/2021

BREAK UP | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang