Malam, Dears!
Sudah siap buat baca bab lanjutan?
Sudah siapin umpatan terbaik?
Buat siapa?
Abrisam?
Adhiyaksa?
Atau Kissy?
Vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Tak sampai setengah jam, mobil Abrisam memasuki basement apartemen Amira. Dia mengambil alih seluruh barang belanjaan dan menuntun Amira. Perut Amira yang sudah membesar membuat Abrisam ketar-ketir. Dia takut Amira tak sengaja jatuh seperti di awal kehamilannya. Bagaimanapun, Abrisam sangat antusias menunggu calon keponakannya lahir ke dunia.
"Setelah ini, aku pulang, ya, Kak. Sudah malam. Aku masih ada banyak tugas yang belum selesai. Kalau Kakak butuh sesuatu, telepon saja aku," ujar Abrisam setelah merapikan buah-buahan dan snack sehat lainnya ke dalam kulkas.
Amira mengangguk sambil tersenyum penuh terima kasih. Sebenarnya, dia tak perlu sampai menelepon Abrisam. Adik iparnya itu selalu rutin berkunjung tanpa Amira minta.
Terkadang, Amira kewalahan mencari alasan ketika Abrisam mulai menanyakan keberadaan Adhiyaksa. Beberapa kali kunjungan, adik iparnya itu belum pernah bertemu Adhiyaksa sekalipun. Bagaimana tidak, Adhiyaksa saja tak lagi pulang sekadar menemuinya. Suaminya itu hanya mencukupi semua kebutuhan hidupnya seperti biasa, sesuai kesepakatan mereka.
Kegiatan belanja hari ini pun atas paksaan Abrisam setelah pria itu melihat persediaan buah Amira menipis. Amira awalnya menolak. Dia beralasan akan berbelanja bersama Adhiyaksa nanti. Akan tetapi, Abrisam memaksa hingga keduanya berakhir memergoki Adhiyaksa jalan berdua bersama seorang wanita.
"Terima kasih, ya, Abi. Maaf merepotkan."
Abrisam menggeleng tegas. "Jangan bilang begitu, Kak."
Dia menghampiri Amira. Tangan kanannya terulur untuk mengusap perut besar Amira.
"Ini semua, kan, demi keponakanku. Capek sedikit, tidak masalah. Asal Kakak dan dia sehat."
Amira meringis mendengar ucapan tulus Abrisam. Rasa bersalah menelusupi hatinya. Dia tak bisa membayangkan bagaimana nanti jika semua rahasia tersingkap. Amira tak sanggup melihat semburat kecewa dari pancaran sayang di kedua mata Abrisam.
"Hati-hati di jalan!" Amira mengingatkan.
Abrisam mengangkat kedua ibu jarinya ke udara. Setelah pintu apartemen Amira tertutup, raut wajah Abrisam yang semula lembut pun berubah. Rahangnya kembali mengeras dengan tatapan mata tajam siap membunuh. Dia berjalan gontai dan tergesa.
Setelah sampai di mobil, dia segera memutar setir dan melajukannya dengan cepat seolah-olah sedang mengejar waktu. Dia berkendara menuju supermarket di mana dirinya melihat Adhiyaksa. Dengan keyakinan besar bahwa Adhiyaksa masih berada di sana, Abrisam menginjak pedal gas tak tanggung-tanggung. Dia tak ingin kehilangan jejak.
Dalam waktu singkat, dia sudah sampai. Bola matanya sibuk berkeliling ke sekitar pelataran supermarket. Sayang, hampir lima belas menit menunggu, Abrisam tak menemukan tanda-tanda keberadaan Adhiyaksa. Dia mencengkeram setir dengan kuat sebelum memukulnya keras sambil menggeram marah.
"Ah, sial! Ternyata sudah tidak ada," geramnya.
Dia menggusak kasar rambutnya. Tahu bahwa usahanya telah gagal, Abrisam berniat untuk pulang. Dia berencana akan menguntit Adhiyaksa mulai besok.
Namun, keberuntungan seperti berpihak padanya. Saat mobilnya hendak melaju meninggalkan supermarket, netranya tak sengaja menangkap sosok Adhiyaksa dan wanita yang sama sedang makan malam di restoran Italia seberang jalan. Posisi keduanya berada tepat di samping jendela.
Darah Abrisam seketika mendidih. Apa yang dia lihat bukanlah interaksi seseorang bersama rekan atau sahabatnya. Di depan sana, Adhiyaksa tak canggung mengusap sudut bibir belepotan keju wanita itu, lalu berakhir memagutnya mesra. Tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. Wanita itu bahkan menyelipkan senyum bahagia kala Adhiyaksa lagi-lagi mencumbunya.
"Bitch!" umpat Abrisam tertahan.
Mata Abrisam memerah menahan amarah. Dia merekam jelas kelakuan bejat Adhiyaksa di belakang Amira. Akan Abrisam ingat baik-baik setiap jengkal wajah wanita murahan yang sudah menggoda Adhiyaksa. Seincipun, dia tak akan melupakannya.
Ya, Abrisam yakin benar kalau wanita itulah yang lebih dulu menggoda kakaknya. Lalu dia pun bersumpah. Jika sampai pernikahan kakaknya dan Amira kenapa-kenapa, orang yang akan Abrisam cari pertama kali adalah wanita pelacur itu.
Dia akan beri pelajaran yang pantas agar pelacur kecil itu tahu di mana tempatnya. Wanita murahan tidak pantas mencecap apa yang dinamakan bahagia. Abrisam sendiri yang akan pastikan itu nanti.
Tbc
Emang dua sejoli gak tahu tempat. Bawaannya nyosor mulu kalo udah berdua. Dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak!
Gimana?
Mau lagi?
Gimana perasaan kalian?
Jangan lupa vote dan komen, ya ...
Thank you, Dears! ❤️
Big hug,
Vanilla Hara
29/04/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
Ficção GeralPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...