Malam, Dears!
Malam ini Hara bakal double update ceritanya Mas Adhiyaksa. Semoga menghibur...
Jangan lupa vote sebelum membaca dan komentar di akhir cerita.
Happy reading!
***
Seluruh orang di ruangan itu bergerak tiada henti. Semua sibuk hilir mudik, tak memerhatikan satu sama lain yang bergaya nyentrik. Satu atau dua kali mereka saling berteriak sebagai bentuk komunikasi.
Pun Kissy. Tubuhnya mulai mengucurkan keringat dingin. Bagaimana tidak, nyawanya kini bagai di ujung tanduk. Berkali-kali dia melirik arloji dan arah pintu masuk bergantian, berharap orang yang dia tunggu datang.
Lelah mondar-mandir tidak jelas, Kissy akhirnya menyandarkan diri di samping meja rias. Netranya melirik pakaian musim panas khusus pria rancangannya yang masih menggantung lengkap di sebuah manekin. Dia mendesah keras saat kegagalan melewati penilaian semester ini semakin terbayang. Bukan hanya kegagalan untuk dirinya, melainkan juga untuk Christian, teman satu timnya.
Manik mata Kissy berpendar saat mendapati Christian memasuki ruangan. Dia menegakkan tubuh dan langsung menyongsong pria bertubuh agak gempal dan berkacamata itu.
"Chris!" serunya was-was. "Bagaimana dengan modelnya? Jaden bisa dihubungi?"
Chris menggeleng lemah. Pria itu sama bingung dan khawatirnya dengan Kissy sampai tidak sadar menggigit bibir bawahnya terlalu keras, menyebabkan sedikit berdarah.
Kissy mengulurkan sekotak tisu."Jangan gigit bibirmu seperti itu."
"A-a-ku takut," jawab Chris seraya menyeka bibir bawahnya yang berdarah.
Kissy berusaha menyunggingkan senyum menenangkan meskipun kekhawatiran dan ketakutan yang sama sedang berkobar dalam bola matanya. "Bukan salahmu. Aku yang memilih Jaden sebagai model kita."
"Lalu kita harus bagaimana sekarang? Tidak mungkin mencomot sembarang orang untuk mengenakan rancangan kita. Ukurannya pasti berbeda. Sementara kita sudah tidak mungkin mengubah ukuran yang memang di-set sesuai ukuran badan Jaden, Iccy."
Kissy menyugar rambut panjangnya yang sengaja diurai. Dia kembali berjalan mondar-mandir. Sebelah tangannya bertengger dipinggang, menyingkap jaket hitam berbahan kulit yang dia kenakan. Sementara tangan yang lain sibuk mengetuk-ngetuk bibirnya.
Mencari solusi di saat genting seperti ini membuat energinya terkuras secara berlebih sehingga menimbulkan rasa gerah. Dia pin berhenti sejenak di depan meja rias dan menyambar sebuah tali rambut. Kedua tangannya diulurkan ke belakang guna mengumpulkan helaian rambutnya menjadi satu, lalu mengucirnya.
"Berapa waktu yang kita punya sebelum giliran kita?" tanyanya.
Christian memerhatikan Kissy cermat. Dia mulai menerka-nerka apa yang akan rekan satu timnya itu lakukan untuk menyelamatkan nilai akhir mereka. Namun, nihil. Kissy bukanlah orang yang mudah ditebak. Kegigihan, kejeniusan, keberanian, dan kenekatan temannya itu tidak ada tandingannya. Sejauh dia mengenal Kissy, gadis itu selalu punya plan B untuk mengcover segala trial and error yang mungkin mengancamnya gagal.
"Li-li-ma belas menit. Kita hanya punya waktu lima belas menit," jawab Chris sedikit tergagap.
Kissy mengangguk mantap sebelum menatap Chris penuh tekad. "Oke. Aku akan usahakan semampuku. Kamu tunggu di sini saja, Chris!" titahnya, lalu menderapkan langkah melewati Chris.
"Apa rencanamu, Cy?" cegat Chris, tidak ingin menjadi rekan yang hanya sekadar bayangan. Dia juga ingin mengusahakan sesuatu yang sekiranya bisa membantu.
Kissy sedikit menoleh tanpa berniat berbalik badan. "Apalagi? Mencari seseorang yang mendekati ukuran Jaden. Siapapun itu, akan aku cari sampai dapat. Berdoa saja kita bisa beruntung menemukan orang yang sepostur dengan Jaden."
"Cy, kamu yakin? Ap-apa tidak sebaiknya kita meminta keringanan pada Mrs. Barbara?" Chris melontarkan solusi lain yang terasa mengganggu di telinga Kissy.
Kissy mengembuskan napas berat. Dia lantas berbalik dan menatap tepat pada manik mata Chris. "Dengar, Chris! Jika kita melakukannya, maka Mrs. Barbara hanya akan menertawakan kita. Kamu dan aku sudah lama berpasangan dan mengikuti berbagai lomba fashion show didampingi beliau. Kita pernah mengatasi masalah yang lebih sulit dari sekadar mencari pengganti. Jika kita menyerah sekarang, maka bukannya memberikan keringanan, Mrs. Barbara mungkin akan langsung mencoret nama kita di mata kuliahnya selama satu semester kemarin. Kamu mengerti maksudku, 'kan?"
Christian mengangguk mengerti.
"Good. Jadi, serahkan sisanya padaku. Okay?" Kissy menepuk pundak Christian beberapa kali untuk menyalurkan ketenangan yang tersisa.Namun, belum sempat Christian mengangguk, manik matanya lebih dulu membola saat menangkap siluet pria yang berada tepat di belakang Kissy.
"Dieu le rend facile pour ceux qui continuent d'essayer," gumam Chris lirih.
*Tuhan memberikan kemudahan bagi mereka yang berusaha
Tbc
Kasih komentarnya dong di bab ini.
Jangan lupa vote, ya ...
Sampai jumpa di bab berikutnya! ❤️
Big hug,
Vanilla Hara
15/03/20
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...