BREAK UP #04

3.1K 300 10
                                    

Pagi, Dears! ^^

Hari ini Hara kembali update BREAK UP. Idenya lagi di sini banget. Jadi, yang kemarin mendadak sayang dan memihak Adhiyaksa, yuk kenalan sama Mas Adhiyaksa lebih jauh.

So, here we are.

Selamat bersenang-senang!

Happy reading! ^^





***




Amira datang setengah jam lebih telat dari waktu yang dia janjikan. Dia tidak mengira urusannya di rumah sakit sedikit lebih lama dari biasanya. Sebenarnya, dia tak begitu sehat. Namun, membatalkan acara makan siangnya dengan Adhiyaksa hanya akan menimbulkan kecurigaan dan kemurkaan Papa. Sedangkan dia benar-benar sedang tidak ingin menghadapi masalah apa pun lagi. Kepalanya sudah cukup penat. Dia butuh lingkungan yang mendukung kesehatan fisik dan psikisnya.

Dengan blouse putih model sabrina yang dipadukan dengan celana bahan lurus abu-abu, dia melangkah pasti mendekati meja di mana seorang pria yang sudah dia kenal menunggu. Rambutnya dia kucir kuda, memberikan sentuhan fresh pada wajahnya yang terlihat sedikit pucat. Terlebih lagi dia memang sengaja mengurangi pemakaian make up.

"Maaf terlambat." Amira menarik sebuah kursi dan meletakkan clutch abu-abunya di atas meja. Kemudian dia duduk dengan anggun. "Apa acara makan siang ini sudah berubah rencana?" tanyanya.

Abrisam meringis mendengar sindiran halus yang Amira lontarkan. Namun, dia tak bisa berbuat banyak selain berusaha memberikan pengertian. "Tidak perlu minta maaf. Tidak ada yang terlambat."

"Lalu di mana Adhiyaksa?" tanyanya lagi seraya menyapu seluruh ruangan dengan pandangan mata.

"Dia sedang ada rapat dengan pemilik hotel ini dan Ximiliant Construction di atas. Sebentar lagi selesai."

Amira terkejut sehingga memutar kepalanya cepat mengarah pada Abrisam. "Ximiliant Construction?"

Abrisam mengangguk sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Kamu ingin pesan sesuatu sembari menunggu? Appertizer di sini kelihatannya enak-enak," usul Abrisam. Akan tetapi, dia malah mendapati Amira yang sedang asyik nelamun. Segera dia jentikkan telunjuk dan ibu jarinya di depan wajah Amira, membuat wanita itu menggeragap.

"A-apa?"

Abrisam mendesah sebentar, lalu berkata, "Kamu melamun siang bolong begini?" Amira hanya mengerjap tak menjawab. Abrisam mengangguk paham. "Sepertinya kita memang harus makan dulu. Lapar membuatmu kehilangan fokus. Aku juga lapar sejak tadi menunggu. Jadi, mau pesan apa? Biar nanti kakakku menyusul."

Amira membuka buku menu dan sibuk memilih makanan sesuai kondisinya saat ini. Semenjak mendengar Ximiliant Construction, perutnya mendadak penuh. Selera makannya menghilang, berganti rasa mual yang tiba-tiba datang.
"Salad buah. Minumnya jus sayur dan buah," putusnya.

Abrisam mengamati Amira sesaat. "Kamu kelihatan pucat. Kamu tidak sedang sakit, 'kan?"

Amira mendongak, membalas tatapan Abrisam. Dia menipiskan bibir sebelum menjawab, "Tidak. Aku hanya ... kurang enak badan dan tidak nafsu makan."

Mereka saling beradu pandang untuk beberapa menit. Kemudian Abrisam memutuskan pandangan lebih dulu, membaca cepat deret menu dan berkata, "Puding mangga kelihatannya enak. Kamu harus mencobanya!" putusnya, menutup niatan Amira yang hendak melayangkan protes.

Amira pun diam melihat Abrisam menyebutkan pesanan mereka pada pelayan. Sebenarnya, dia penasaran kenapa malah Abrisam yang menemaninya makan siang, bukan Adhiyaksa. Iya, Amira tahu pria itu sedang sibuk rapat. Akan tetapi, Adhiyaksa benar-benar keterlaluan jika menganggap ketidakhadiran dirinya bisa digantikan oleh Abrisam begitu saja. Atau jangan-jangan Adhiyaksa punya rencana menjadikan Abrisam pengantin pengganti juga di atas altar nanti? Ah, pikiran buruk Amira mulai ke mana-mana.

BREAK UP | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang