Malam, Dears!
Maaf, Hara baru muncul dan libur 3 hari. Lagi hetic banget. Yang baca FINDING CINDERELLA pasti tahu Hara lagi ngapain. Jadi, memang baru senpat update sekarang.
Sebelumnya, Hara ingin mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagai yang menjalankan.
Nantinya, Hara akan update di jam segini untuk ke depannya. Biar enggak mengganggu ibadah puasa kalian. Okey?
Bab 38 ini cukup panjang dari biasanya.
So, tetep semangat vote, comment, dan share cerita ini ke teman kalian, ya!
Happy reading!
***
Bola mata Kissy hampir jatuh menggelinding ke lantai kala tapak kakinya memasuki apartemen. Seingatnya, dia tidak meninggalkan rumahnya itu dalam keadaan demikian. Dia memang ceroboh, tetapi belum pikun sehingga tidak bisa mengingat detail tempat tinggalnya.
Bagaimana tidak, apartemennya yang tadi terang benderang, kini berubah remang-remang. Gorden yang tadinya ditarik memersilakan sinar matahari masuk, kini dijadikan penghalang, menutupi satu-satunya kaca besar. Tidak hanya itu, lampu-lampu bundar berwarna kuning bertengger manis di beberapa tempat, memendarkan cahaya yang menebarkan kesan romantis.
Wangi mawar membelai lembut indera penciuman Kissy. Dia yakin kalau wangi itu berasal dari mawar asli yang jumlahnya tak sedikit. Bola matanya sontak berkeliling mengitari setiap sudut ruangan. Akan tetapi, Kissy hanya menemukan beberapa tangkai mawar menghiasi meja makan yang sudah terisi banyak makanan.
"Kamu suka?" Tangan Adhiyaksa menyusup dari balik punggung, memeluk Kissy dari belakang. Dagunya mendarat di pucuk kepala Kissy. Karena tak mendengar sahutan sepatah kata pun, Adhiyaksa kembali bersuara. "Aku meminta seseorang untuk menyiapkannya. Aku harap istriku menyukainya."
Kissy meremat lengan Adhiyaksa yang melingkari perutnya sekilas sebelum memutar tumit. Sepersekian detik, pandangan keduanya lantas saling bertaut. Rasa bahagia dan haru membuncah, lalu terpancar jelas dari binar matanya.
"Aku tidak tahu kalau kamu bisa romantis seperti ini. Biasanya kamu-"
Adhiyaksa tak membiarkan Kissy menyelesaikan ucapannya. Dia menyambar bibir cerewet itu, membungkamnya rakus, tetapi tetap lembut. Adhiyaksa memutuskan untuk bermain-main sebentar. Dia berusaha memenuhi rasa puas hanya dengan mencecap bibir manis istrinya itu.
Belajar dari pengalaman, Kissy tak canggung lagi membalas. Dia memberanikan diri mengambil bagian. Walaupun sudah berusaha keras mengimbangi permainan bibir Adhiyaksa, dia tetap kalah dan berujung menikmati segala sensasi menggelitik yang kembali mengerubungi syaraf-syarafnya.
"Sudah kukatakan, aku akan memastikan semua mimpi-mimpimu terwujud." Adhiyaksa mengusap jejak-jejak saliva di antara mereka. Kemudian jari-jari besarnya menangkup pipi Kissy. "Apakah suasana romantis seperti ini juga bagian dari mimpimu? Karena aku sudah berusaha keras menarik malam agar segera datang."
Kissy terkekeh geli. "Memangnya kenapa mau buru-buru malam?"
Adhiyaksa terdiam sebentar. Kedua alisnya berkerut seolah-olah sedang berpikir serius.
"Karena ... aku tidak tahan lapar," ujarnya, mengisaratkan makna ganda.
Sayangnya, Kissy yang polos sama sekali tak mengerti apa yang Adhiyaksa maksud. Kekehannya berubah menjadi tawa lebar. Dia menoleh sebentar ke arah meja makan sebelum berkata, "Kalau begitu, ayo makan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...