Update kedua malam ini, ya ...
Budayakan vote sebelum membaca dan komentar di akhir cerita.
Happy reading!
***
Selang beberapa lama, Kissy keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah dan tubuhnya hanya ditutupi bathrope. Dia tidak mungkin mengenakan pakaiannya semalaman. Jadi, dia memutuskan untuk menyimpannya agar bisa dia kenakan lagi besok saat pulang. Lagi pula, dress itu terpaksa dia cuci karena kotor.
Dia melirik sekilas Adhiyaksa yang sedang terlelap. Langkahnya mengarah ke arah balkon. Dia membuka pintu penghubung kamar dan balkon dengan hati-hati agar tak membangunkan Adhiyaksa. Seketika angin pantai menerpa wajahnya, membuat rambut basahnya bergerak-gerak tak tentu arah. Sebelum mendudukkan diri di sebuah kursi yang kebetulan ada di sana, Kissy menutup kembali pintu di belakangnya.
Kissy menatap cakrawala yang mulai gelap, tetapi masih menyisakan warna senja di ufuk barat. Dia bersandar senyaman mungkin sembari mengagumi lukisan Tuhan. Apa yang dia lakukan saat ini, membuatnya mengingat rumah. Saat di Bali, dia sangat suka berlama-lama di balkon kamarnya untuk sekadar merasakan angin laut dan segala pemandangan yang memanjakan mata. Baginya, laut selalu menyuguhkan sesuatu yang magis dan melenakan. Tak ayal, dia sering terlelap saking terlenanya dengan suara merdu desiran ombak dan belaian angin semilir. Seperti saat ini, kelopak mata Kissy sudah memejam dengan napas teratur dalam keadaan meringkuk.
oOo
Pukul dua belas malam, Adhiyaksa terbangun karena kelaparan. Dia mengerjapkan mata sebentar hingga sepenuhnya tersadar. Sontak dia menoleh ke sisi ranjang di sebelahnya, tetapi kosong. Segera dia bangun dan menuju ke kamar mandi untuk mengecek keberadaan Kissy. Namun, glabelanya berkerut saat mendapati kamar mandi yang gelap dan kosong.
"Di mana wanita itu?" tanyanya pada diri sendiri. Dia lantas berbalik dan menelisik seluruh sudut kamar. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Kissy di sana sampai manik matanya mengarah ke balkon. "Apa dia di sana?"
Tak ingin menerka-nerka lebih jauh lagi, Adhiyaksa pun segera memastikan. Dia membuka pintu kaca menuju balkon dan langsung mendapati Kissy tidur meringkuk di sebuah kursi rotan. Adhiyaksa berdecak tak suka akan apa yang dia lihat. Apalagi wanita itu hanya mengenakan bathrope.
"Apa sebenarnya yang dia pikirkan? Apa dia pikir tidak akan masuk angin jika semalaman tidur di luar? Dia bodoh atau apa? Kenapa dia tidak tidur di ranjang yang mahal-mahal dia bayar?" omel Adhiyaksa geram bercampur gemas.
Dia menyugar rambutnya dan kembali berdecak kesal. Sesaat kemudian, dia berjalan mendekati Kissy. Dia membungkukkan badan dan mulai meraih Kissy dalam gendongannya. "Dasar bodoh dan menyusahkan!" gerutunya sembari melangkah ke dalam kamar.
Direbahkannya tubuh Kissy di atas ranjang dengan gerakan sehalus mungkin. Dia juga membenarkan bathrope Kissy yang sempat bergeser, membuat belahan dada wanita itu mengintip. Saat menarik selimut, tangan Adhiyaksa tanpa sengaja menyentuh jemari Kissy yang terasa dingin. Segera dibungkusnya tubuh Kissy dengan selimut sampai sebatas dagu.
Adhiyaksa berjalan ke arah nakas dan mengambil remote AC. Diaturnya sedemikian rupa suhu kamar mereka agar Kissy kembali hangat, tetapi juga tak merasa kepanasan nantinya. Setelah itu, dia meraih kunci mobil dan beranjak keluar kamar untuk melakukan sesuatu.
oOo
"Dari mana?" tanya Kissy yang sedang duduk di tepi ranjang yang kebetulan mengarah ke pintu masuk.
Adhiyaksa sedikit berjingkat karena terkejut. Dia baru saja kembali dan langsung disambut pertanyaan Kissy bak seorang istri yang tengah menunggu suaminya pulang. "Dari luar," jawab Adhiyaksa singkat.
Kissy mengerucutkan bibir dengan pipi mengembung. "Aku juga tahu kalau tidak di dalam kamar, itu artinya di luar. Maksudku, kamu dari mana? Apa yang kamu bawa itu?" Kissy kembali bertanya dengan nada kesal bercampur ingin tahu. Dia menunjuk dua paperbag yang Adhiyaksa bawa.
Adhiyaksa berjalan mendekati Kissy. Diulurkannya satu paperbag yang dia bawa itu seraya berkata, "Di dalam ada parmesan truffle fries dan merguez. Juga ada dua botol air muneral. Makanlah! Kamu belum makan apa pun sejak siang."
Kissy meraih paperbag itu dan membukanya. Ternyata benar, di sana ada kentang goreng dengan keju parmesan dan sandwich isi sosis Maroko yang masih hangat. Tak lupa dua botol air mineral sebagai pelengkap. Sontak kepala Kissy mendongak. "Punyamu mana? Kok cuma beli satu?"
"Aku sudah makan di jalan tadi. Dan ini," Adhiyaksa meletakkan paperbag terakhir di atas ranjang, tepat di sebelah Kissy duduk. "Ganti bathrope-mu dengan ini!"
Kissy meletakkan paperbag berisi makanan yang dipegangnya ke atas nakas. Tangannya kemudian terulur untuk mengambil paperbag yang Adhiyaksa berikan. "Apa ini?" Namun, belum sempat Adhiyaksa menjawab, Kissy lebih dulu terlonjak bangun dan terbelalak. "Kamu membelikanku baju? Dapat uang dari mana? Nanti kalau uangmu habis bagaimana? Kamu masih lama tinggal di sini? Kapan kamu kembali ke Indonesia?" Kissy memberondongi Adhiyaksa dengan perrtanyaan bernada khawatir.
Jika dalam keadaan normal, ingin rasanya Adhiyaksa tertawa terbahak melihat sorot kekhawatiran yang terlampau berlebihan Kissy itu. Namun, bibirnya hanya mampu mengulas senyum tipis. Tiba-tiba muncul keinginan untuk mengikuti alur cerita yang Kissy buat. Adhiyaksa ingin tahu separah apa kebodohan Kissy. Atau ... wanita itu terlalu lugu?
"Sepertinya, aku masih sangat lama tinggal di sini. Dan kalau uangku habis, aku hanya harus meminta pertanggungjawabanmu, 'kan?"
Tbc
Parmesan Truffle Fries
Merguez
Mas Adhiyaksa mulai jail ini. Anak gadis orang dibodoh-bodohin, ya ...
Apa komentar kalian?
Sudah vote?
Sampai jumpa di lain kesempatan! ❤️
Big hug,
Vanilla Hara
03/04/20
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...