BREAK UP #48.5

999 145 65
                                    

Siang, Dears!

Sebelum tidur siang biar melek lihat GF Masterchef nanti sore, Hara mau kasih kalian hiburan di lapak Adhiyaksa dan Kissy.

Komentar akan segera Hara balas nanti, ya...

Jangan lupa komentar lagi di sini.

Melebihi kemarin, enggak?

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!








***









"Pardon?" Kissy mencoba menggapai kerah kemeja Christian. Dia mencengkeramnya erat, lalu mengguncangnya kuat. "Katakan sekali lagi. Kamu bohong kan, Chris?"

Christian menggeleng. "You're pregnant, Kissy." Cengkeraman tangan Kissy pada kerah kemejanya melemah. Christian meraih tangan Kissy dan menggemgamnya, berharap bisa menyalurkan kekuatan. "Tadi dokter sudah memeriksamu. Dia menyarankan agar kamu langsung memeriksanya ke obgyn untuk mengetahui usia kandunganmu."

Kissy termangu. Dari sekian banyak hal yang dia sesali akan kebersamaannya dengan Adhiyaksa, dia tak bisa menyesali janin yang sedang tumbuh dalam rahimnya. Sekalipun hidupnya sekarang resmi berantakan, dia tak bisa menutupi perasaan hangat yang tiba-tiba menjalari hatinya.

Mengetahui bahwa dirinya akan menjadi ibu, dirinya tak serta merta membenci buah hatinya. Janin dalam kandungannya tak berdosa. Janin itu tak bersalah sekalipun dihadirkan dengan cara yang salah.

Selang beberapa waktu, Kissy sudah duduk mengantre di depan ruang obgyn ditemani Christian. Sahabatnya itu tak meninggalkannya. Pria itu malah mau direpotkan menemani dan menjaganya.

Perlahan, Kissy meraba perutnya yang memang sedikit membuncit. Dia mencoba merasakan keberadaan janinnya. Bagaimana bisa selama ini dirinya tak menyadari kehadiran makhluk kecil itu di rahimnya.

Melihat Kissy setia bungkam sejak mengetahui dirinya hamil, Christian tak bisa untuk tak khawatir. Dia takut menduga-duga kira-kira tindakan apa yang akan Kissy ambil terhadap bayinya, membiarkan janin itu tumbuh sempurna atau memilih melenyapkannya. Christian begitu clueless karena Kissy begitu tenang dan tak terbaca. Berteriak histeris pun tidak.

"Cy, are you happy?"

Belum sempat Kissy menjawab, gilirannya untuk periksa tiba. Tanpa diminta, Christian lebih dulu sigap mendorong kursi roda Kissy. Sesampainya di dalam, Kissy mengikuti semu prosedur yang obgyn minta. Mulai dari melakukan tes urin sampai USG. Kissy bahkan tak berkomentar apa pun saat Christian membantunya berbaring.

Usai mengoleskan gel merata di atas perut Kissy, obgyn mulai mengecek dan mencari keberadaan janin yang tadi sempat dipastikan lewat tes urin. Jantung Kissy bertalu-talu hebat. Dia tidak sabar pertama kali menyapa buah hatinya. Apalagi bonus foto pertamanya.

"Usianya sudah mulai memasuki minggu ke empat belas ya, Bu. Janin tumbuh dan berkembang dengan baik. Sejauh ini semuanya normal dan baik."

Seperti harapannya, obgyn memberi Kissy beberapa foto hasil USG. Dia tak bisa berhenti memandangi foto hitam putih itu sehingga membiarkan Christian mengurus beberapa hal untuk kepulangannya. Ya, Kissy sempat merengek meminta pulang sampai Christian menyerah dan menurutinya. Sekarang, dia sedang menunggu sahabatnya itu sembari duduk di sofa lobi.

Kissy baru saja memasukkan foto janinnya ke dalam tas. Dia mengambil ponsel dan mengirim pesan singkat kepada Christian. Dia ingin ke toilet sebentar. Agar pria itu tak kebingungan mencari keberadaannya, maka Kissy memberitahunya lewat pesan. Lagi pula, dia sudah tak memakai kursi roda lagi. Jadi, dia cukup mampu untuk ke toilet sendirian.

Ketika hendak berbelok di ujung koridor, Kissy tak sengaja menyenggol bahu seseorang. Dia sontak berbalik untuk meminta maaf. Apalagi dia sudah menyenggol wanita yang tengah hamil besar. Beruntung, wanita itu tidak terjatuh karena kecerobohannya. Padahal Adhiyaksa sering mengingatkan agar dirinya lebih berhati-hati dalam bersikap.

"Kissy ... Azura Fasa?"

Kissy menatap lawan bicaranya heran. Wanita di depannya tiba-tiba menyebutkan nama lengkapnya ragu-ragu. Kissy berusaha mengingat apakah pernah mengenal wanita itu di suatu tempat atau tidak. Melihat wajah yang begitu asing, Kissy yakin mereka tak pernah saling mengenal sebelumnya.

"Maaf, Anda siapa?" tanya Kissy sopan.

Wanita itu tak langsung menjawab. Dia hanya mengulas senyum tipis sebelum berkata, "Ternyata benar. Kita belum pernah kenal sebelumnya. Tapi saya tahu kamu. Bisa kita bicara sebentar? Di kafetaria rumah sakit, mungkin?"

Kissy sudah akan menolak, tetapi lagi-lagi wanita itu menyela.

"Please, ada hal penting yang perlu saya bicarakan denganmu. Sebentar saja."

Menimbang raut penuh permohonan wanita itu, Kissy pun akhirnya bersedia. Sepuluh menit kemudian, keduanya bahkan sudah duduk saling berhadapan tanpa ada yang berniat membuka suara.

"Saya tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Kamu sedang sakit?"

Kissy menggeleng. "Tidak. Saya—"

Secepat kilat Kissy mengerem kalimatnya. Hampir saja dia menceritakan keadaannya pada orang asing. Bagaimanapun, tak sepantasnya dia mengumbar sesuatu yang tak seharusnya. Apalagi pada orang yang belum dikenalnya. Beda hal dengan Christian yang sudah sejak dulu bersamanya.

Kissy berdeham sekilas. "Saya hanya check up biasa," sambungnya kemudian.

"Begitu." Wanita di depannya mengangguk-angguk. Tangan kanan wanita itu tak behenti mengelus perut besarnya. "Sebelum kita bicara serius, mari berkenalan lebih dulu."

Jeda sebentar. Wanita itu seolah-olah sedang menimbang-nimbang sesuatu.

"Saya ... Amira Hesti Benazir. Istri sah Adhiyaksa Prasaja."

Tbc




Nah, lho!

Kissy sudah ketemu istri sah. Bakal diapain kira-kira?

Wkwkwkwk

Yang sudah baca di karyakarsa, jangan spoiler ya. Nanti ileran lho ...

Ketemu lagi nanti kalau antusias kalian menggetarkan jiwa Hara.

Thank you, Dears! ❤️

Adhiyaksa malah cengar-cengir.
Enggak tahu aja dia kalau dua bininya lagi mau perang dingin.

Pulang, Mas!

Pulang!

Ntar ditinggal Kissy,
kamu nanges.

Wkwkwkk




Big hug,
Vanilla Hara
28/08/2021

BREAK UP | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang