Update ke tiga untuk hari ini.
Senang?
Atau
Mau lagi?
Wah, maruk kalian kalau memang mau lagi. Wkwkwkkwk
Budayakan vote sebelum membaca,
Biasakan komentar di akhir cerita.Happy reading!
***
Kissy membuka pintu kulkas untuk mengambil susu sebagai pendamping sereal. Pandangannya kemudian jatuh pada sekotak lasagna yang mungkin sudah berubah rasa. Dia sengaja membuat lasagna itu dengan susah payah dua hari lalu, berharap bisa menyenangkan Adhiyaksa lewat masakan yang lebih layak.
Masih segar dalam ingatannya berapa kali dia gagal memasak lasagna. Dia bahkan harus menyeret dan menahan Christian seharian sebagai kelinci percobaan. Dia akhirnya membiarkan Christian pulang saat teman baiknya itu mengatakan lasagna buatannya sudah tak seburuk beberapa percobaan sebelumnya.
Sayang seribu sayang, usahanya seakan-akan percuma kala tak melihat Adhiyaksa pulang. Tak tanggung-tanggung, pria itu bahkan belum memunculkan batang hidungnya sampai hari ini. Beberapa pesan yang Kissy kirimkan belum Adhiyaksa baca. Panggilan teleponnya pun bernasib tak jauh berbeda.
Kissy menyambar kotak lasagna itu dan melemparnya ke tong sampah di pojok dapur. Entah ke mana pria satu itu pergi. Kissy enggan lagi peduli. Dia kesal tanpa alasan yang jelas. Terlebih saat dia tak sengaja mengintip kabinet dapur yang sudah penuh dengan kopi berbagai varian rasa. Salah satu minuman yang terakhir kali Adhiyaksa pinta, tetapi Kissy tak bisa menyajikannya.
Belum lagi kulkasnya yang kini terisi penuh dengan sayur, buah, daging, dan bahan-bahan segar lainnya. Seharusnya, Kissy rajin memasak sebelum bahan segar itu layu. Namun, hasrat memasaknya juga turut menghilang seiring kealpaan Adhiyaksa di kediamannya. Mungkin bahan segar itu akan segera berakhir di tong sampah seperti lasagna buatannya.
Kissy membanting pintu kulkas sembari memegang satu kotak susu ukuran besar. Dia berjalan ke meja makan dan menuangkan susu itu ke dalam mangkuk penuh sereal. Kemudian dia mulai menyantap sarapan sederhananya.
Tangan kiri Kissy sibuk men-scroll ponsel, membaca berita terbaru dalam grup kelasnya. Teman-temannya sibuk bertukar informasi mengenai beberapa hal, seperti perubahan jadwal beberapa mata kuliah, materi ujian, beasiswa pasca sarjana, dan terakhir tentang seorang teman yang sedang mencari kamar kosong untuk pindahan. Sontak kekesalan Kissy kembali membuncah.
Bagimana tidak, andai dia tak berlagak sok baik dengan menawari Adhiyaksa tempat tinggal, tetapi ujung-ujungnya pria itu menghilang tak ada kabar, Kissy mungkin sudah mendapatkan teman untuk tinggal bersama.
Bukankah Kissy sudah bilang kalau dia paling tidak suka tinggal dan makan sendirian? Lalu sekarang apa? Sekalipun kamar kosong di apartemennya terisi dengan barang-barang Adhiyaksa yang sukarela dia rapikan, dia tetap saja sendirian.
Kissy menyendok dan mengunyah serealnya penuh semangat saking kesalnya. Dia tak berhenti menggerutu dengan mulut penuh.
"Lihat saja kalau dia pulang nanti! Aku akan mengusirnya. Terserah dia mau jadi gelandangan atau tidak. Aku tidak peduli. Dia pikir, dia siapa bisa menghilang begitu saja tanpa kabar? Apa begitu susahnya mengabariku kalau tidak pulang? Lalu gunanya punya ponsel apa? Pajangan?" Dia mendengkus keras di akhir gerutuannya.
Mangkuk di hadapannya kosong dalam waktu singkat. Kissy berdiri dan membawa mangkuk kosong itu ke bak cuci piring dan mencucinya. Setelah mengeringkan tangan dengan lap, dia meraih kotak susu yang masih tersisa banyak untuk disimpan kembali ke dalam kulkas. Selain itu, dia ingin minum air dingin sebagai penutup sarapan. Tenggorokannya belum terasa segar bila tidak meneguk air mineral dingin.
Baru saja menuangkan air dingin ke dalam gelas, bel apartemennya berbunyi. Kissy menutup pintu kulkas dengan kaki dan menyimpan botol dan gelasnya di atas meja. Kedua tungkainya bergerak berlawanan menuju pintu.
Seingatnya, dia tak sedang mengundang siapapun sebagai tamu sepagi ini. Sontak hanya ada satu nama yang terlintas dalam benaknya. Adhiyaksa. Ya, siapa lagi yang memiliki kelakukan dengan datang pagi-pagi buta begini ke apartemennya selain pria gila itu? Seketika Kissy berjalan menggebu-gebu, berniat menyemburkan kekesalan yang sudah menumpuk akibat kelakuan Adhiyaksa.
Kissy menyentak handle pintu dengan keras. Netranya langsung menangkap sosok Adhiyaksa yang terlihat kuyu. Belum sempat dia membuka mulut, tubuhnya lebih dulu terhuyung ke belakang. Dalam sepersekian detik, Kissy berusaha berdiri dengan benar setelah tubuh besar Adhiyaksa mendadak menimpanya.
"Hei, Adhiyaksa! Apa yang kamu lakukan?" tanyanya, mencoba menahan tubuh Adhiyaksa yang berat. Akan tetapi, tak ada satu kata sahutan pun dari pria itu selain deru napas teratur dan terasa hangat.
Kissy melingkarkan tangan kirinya ke badan Adhiyaksa, sementara tangan kanannya berniat menepuk pipi Adhiyaksa. Baru sedetik kulit tangannya menyentuh wajah Adhiyaksa, dia berjengit kaget. Suhu badan Adhiyaksa sangat panas. Kissy bahkan bisa menggoreng telur di wajah pria itu sampai matang saking panasnya.
"Adhiyaksa, badanmu panas. Ayo ke dokter! Kita harus ke dokter. Kamu bisa dengar aku? Kamu bisa bangun dan berjalan sebentar?" tanya Kissy panik.
Sekuat tenaga, Kissy memapah tubuh Adhiyaksa yang lemah dan lemas, hendak ke runah sakit. Namun, saat sampai di ambang pintu, Adhiyaksa menahan langkah Kissy.
"Aku tidak mau ke rumah sakit. Aku tidak mau ke sana lagi. Tolong ...," gumam Adhiyaksa lirih.
Tbc
Mas Adhy baru pulang setelah dua hari. Kira-kira apa yang terjadi dengan Adhiyaksa dan Amira dalam dua hari itu sampai enggak pulang?
Apa yang akan terjadi sama Kissy dan Adhiyaksa berikutnya?
Kissy beneran bakal goreng telur di jidat Adhiyaksa?
Atau
Kalian mikirin apa?
Sudah vote bab-bab sebelumnya?
Kalau belum, coba balik kanan. Balik dulu ke bab berapa yang belum kamu vote.
Makasih, ya ...
See you!
Big hug,
Vanilla Hara
13/12/20
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...