Selamat malam, Dears!
Hara hadir lagi di sini buat ngobatin kamgen kalian sama Hara *eh sama Mas Adhiyaksa, maksudnya. Hehe
Budayakan vote sebelum membaca dan kometae di akhir cerita, ya!
Happy reading ....
***
"Sudah berapa persen?" Adhiyaksa sedang fokus membaca laporan terkait pengerjaan project hunian Prasaja Corp. yang sedang ditangani oleh Ximilliant Constraction.
"Sudah lima puluh persen. Karena project hunian ini menonjolkan kehangatan keluarga, kami berusaha memberikan kesan hommy. Salah satunya dengan pemilihan bahan yang ramah lingkungan agar tidak membahayakan kesehatan keluarga, khususnya anak-anak."
Adhiyaksa mengangguk-angguk mendengar penjelasan Rama. Sejauh ini, dia sangat puas dengan berbagai alternatif kreatif yang Ximilliant Constructions cantumkan di proposal kerjanya. Hal itu menadakan bahwa perusahaan yang Rama Keandra punggawai sungguh-sungguh ingin memberikan yang terbaik atas project Prasaja Corp. Terlebih lagi, pembawaan Rama dalam melakukan setiap presentasi berhasil mencuri perhatian Adhiyaksa. Papa benar, Ximilliant Constructions akan memiliki karier yang bagus ke depannya dan layak Prasaja Corp. pertahankan.
"Oke. Untuk budget, tidak ada masalah, bukan?"
Rama antusias menjawab, "Tidak ada. Sejauh ini, kami bisa menekan dan memperhitungkan penggunaan budget semaksimal mungkin, tetapi juga tidak melupakan keamanan, keselamatan, dan tentu saja hasil yang akan didapat. Semua lebih dari cukup." Rama menyodorkan sebuah map hijau yang sedari tadi tergeletak di sisi kanannya kepada Adhiyaksa. "Ini laporan anggaran sementara sesuai tahap pengerjaan project. Kami melakukan perincian bertahap sesuai progress agar apa yang kami kerjakan benar-benar transparan."
Adhiyaksa membaca sekilas rincian anggaran yang Rama serahkan. Semua sudah Ximilliant Construction atur secara sistematis sehingga memudahkan Adhiyaksa memantau dan mengetahui perkembangan project secara langsung dan sangat transparan seperti yang Rama ucapkan.
"Menganai taman bermain di pusat hunian-" Adhiyaksa tidak jadi melanjutkan perkataannya saat pintu ruang rapat tiba-tiba terbuka, membuat atensinya teralih. Pun dengan Rama.
"Kamu masih meeting?"
Adhiyaksa menghela napas tak kentara. Kedua pangkal alisnya hampir menyatu kala mendapati Prasaja sampai repot-repot menyusulnya. Padahal dia pikir kalau pembicaraan mereka sudah selesai di rumah tadi. "Ada apa, Pa?" tanyanya.
Prasaja tak beranjak seinci pun dari ambang pintu. Tatapannya fokus terarah pada putra sulungnya dan Rama Keandra secara bergantian sebelum berhenti pada manik mata pewaris Ximilliant Constractions. "Mami menunggumu di bawah untuk fitting baju. Calon istrimu menghubungi Mami karena ponselmu tidak bisa dihubungi."
"Aku sedang meeting penting. Nanti aku akan menyusul."
"Tidak. Kamu harus pergi sekarang! Meeting ini biar Papa yang lanjutkan. Tidak baik membiarkan calon istrimu menunggu terlalu lama dan membuatnya kesal padamu, Nak," putus Prasaja tanpa mengalihkan tatapannya dari Rama.
Mengerti bahwa Prasaja tidak suka dibantah, Adhiyaksa pun berdiri. Dia membenarkan jasnya sebentar sebelum melangkah menghampiri Prasaja. Namun, Prasaja menegurnya saat berpapasan.
"Kamu sudah mengundang pihak dia?"
Adhiyaksa langsung ingat atas titah sang Papa yang belum dia jalankan. Sejak tadi, dia terlalu asyik menyimak progress project kerjasamanya dengan Rama sehingga abai pada hal yang kurang penting seperti memberikan kartu undangan pernikahannya.
"Maaf. Aku tidak sempat, Pa."
Prasaja mengangguk maklum sesaat setelah menepuk pundak kanan Adhiyaksa. "Biar Papa yang sampaikan."
"Aku akan minta Ferdinan mengambil undangan di ruanganku," ujarnya di mana Ferdinan yang berada beberapa langkah di belakang Adhiyaksa itu langsung paham perintah tersirat atasannya. Adhiyaksa lalu menggerakkan tungkai keluar dari ruang meeting diikuti langkah sigap Ferdinan.
Sepeninggalan Adhiyaksa, Prasaja mendekati meja meeting dan duduk di kursi yang sempat Adhiyaksa tempati. Dia membaca sekilas laporan kerja yang ada sembari bertanya, "Apakah ada kendala?"
"Tidak ada, Pak."
"Bagus. Saya harap Ximilliant Constructions bisa menghandle apa pun kendala yang ada ke depannya. Jika tidak, bisa dipastikan kalau project ini akan menjadi kerjasama kita yang terakhir."
Rama tak sempat menyanggah karena melihat sekretaris Adhiyaksa kembali memasuki ruang meeting sembari membawa undangan putih gading berpita emas. Pria itu mendekati Prasaja dan mengangsurkan undangan tersebut dengan penuh hormat sebelum diminta keluar kembali.
"Saya harap kamu bisa datang di pernikahan putra saya," ucap Prasaja seraya mengulurkan undangan itu pada Rama.
Rama terdiam untuk beberapa detik mengamati ukiran nama yang tertera di undangan itu. Kemudian dia mengangkat wajah dan tersenyum simetris. "Pasti saya akan datang. Terima kasih atas undangannya, Pak."
Kedua alis Prasaja terangkat naik melihat respon yang Rama berikan. Dia lantas menyunggingkan senyum miring seraya berkata, "Sudah sepantasnya kamu hadir dan melihat sendiri prosesi pernikahan yang digelar. Keberhasilan Ximillian Constructions memenangkan project Prasaja Corp. setara dengan undangan yang kamu dapatkan, bukan?"
Tbc
Sudah vote?
Kalau belum, coba tekan bintangnya di pojok kiri bawah. Enggak susah, kan? Enggak sampai dua detik, kan?
Sampai jumpa di lain kesempatan, Dears! ^^
Big hug,
Vanilla Hara
19/02/20
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...