Pagi, Dears! ^^
Kemarin malam sebenarnya mau double update, tapi berhubung sepi ...
Budayakan vote sebelum membaca,
Biasakan komentar di akhir cerita.Happy reading!
***
Manik mata Kissy sontak melebar. Setelah tiga hari tidak ada kabar, Adhiyaksa melemparkan kejutan. Bagaimana bisa pria itu berkata akan pindah besok dengan ringan? Atau hanya Kissy yang terlampau santai sampai belum bersiap-siap menyambut?
Pandangan Kissy berkeliling. Dia meringis tipis melihat apartemennya yang jauh dari kata rapi dan lebih mirip kapal pecah. Beberapa kertas hasil menggambar pola berserakan, berikut lembaran-lembaran kain sisa yang beberapa mendarat di sandaran sofa. Belum lagi pernak-pernik seperti pita, manik, dan lainnya. Seketika Kissy memijat kening memikirkan cara terampuh agar Adhiyaksa mau mengulur waktu.
"Mm .... besok itu kapan?" tanyanya bodoh. Namun, belum sempat Adhiyaksa menjawab, Kissy lebih dulu meralat. "Maksudku, besok pagi, siang, sore, atau malam?"
"Pagi."
"Ti-tidak bisa siang atau sore saja?"
"Kenapa? Kamu tidak di sana jika pagi?"
Kissy merenggut udara di sekitarnya banyak-banyak, lalu menghelanya panjang. "Tidak, bukan begitu. Aku hanya ...." Kissy ragu untuk mengatakannya. Akan tetapi, dia tak memiliki pilihan lain. Dengan begitu, mungkin saja Adhiyaksa mau memberinya sedikit waktu untuk bersih-bersih. "Belum membersihkan apartemen," sambungnya di ujung napas.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Hampir lima detik berlalu, tak ada tanggapan dari Adhiyaksa. "Tidak apa-apa. Aku bisa bantu kamu bersih-bersih," ucap Adhiyaksa tepat di detik ke enam mereka terdiam.
Kissy sudah bersiap membantah, tetapi Adhiyaksa kembali menyela. "I think, we have a deal now. See you, Kissy!" tutup Adhiyaksa cepat tanpa mau menunggu Kissy menawar lebih lanjut.
Kiss menatap layar ponselnya yang mulai menggelap. Dia berdecak kesal sembari menaikkan tangan kirinya ke pinggang. Sebagai tuan rumah yang baik, tak akan dia biarkan Adhiyaksa melihat kekacauan yang dia buat. Untuk itu, dia memilih begadang dan bergegas membersihkan apartemen.
Pertama, dia mencepol rambutnya asal. Kemudian dia mulai membereskan peralatannya. Gunting, kertas pola, meteran, jarum, dan printilan lainnya, Kissy rapikan dengan cepat ke tempat seharusnya. Meskipun membutuhkan waktu agak lama karena dia kesulitan merapikan beberapa gulungan kain, akhirnya ruang tamu mulai terlihat normal. Rapi, tetapi belum bersih.
Dengan cekatan, Kissy menyambar vacum cleaner dan mulai menyedot debu yang menempel di sudut-sudut ruang tamu. Beberapa kali, dia berhenti untuk mengelap meja, vas bunga, dan beberapa pajangan di sepanjang etalase dinding.
Dulu, teman satu apartemennya yang membuat etalase tersebut. Beberapa pajangan bahkan buah tangan dari temannya itu kala plesiran. Karena menyukai dan menghormati pemberian temannya itu, Kissy memutuskan untuk meletakkan beberapa pajangan di sana.
Setelah ruang tamu beres, dia beralih ke jendela yang mengarah ke balkon. Dilepaskannya gorden yang menggantung untuk diganti dengan yang baru. Sebelum itu, Kissy menyempatkan diri untuk mengelap permukaan kaca agar terlihat kinclong. Dia pun tak ragu menggeret kursi bar dapur untuk dia jadikan tumpuan kala menggosok permukaan kaca yang lebih tinggi. Semua hal dia lakukan sendiri tanpa mengeluh.
Kissy menepukkan kedua telapak tangannya sembari tersenyum puas. Kini, kerlap-kerlip kota Paris terlihat sangat jelas. Entah sudah berapa lama dia menghabiskan waktu untuk bersih-bersih. Dia hanya tahu kalau sekarang sudah lewat tengah malam. Dan satu hal yang tersisa adalah memasang gorden baru, lalu selesai. Dia bisa istirahat kemudian.
Dia ingat kalau gorden baru itu ada di lemari kamar temannya dulu. Dengan langkah lelah, dia menyeret tungkai menuju kamar yang berada tepat di samping kamarnya. Namun saat daun pintu kamar tersebut dia tarik, sontak netra Kissy membulat. Dia tak pernah menyangka kalau Lily–penghuni lama kamar itu–meninggalkan pekerjaan baru untuknya. Bagaimana tidak, kamar yang hampir dua minggu kosong itu ditinggalkan dalam keadaan acak-acakan. Beberapa bungkus makanan ringan dan kaleng soda berserakan.
Kissy memang tidak sempat menengok kamar itu selepas Lily berpamitan. Dia lebih dulu disibukkan dengan ujian dan berakhir melakukan kegiatan bersih-bersih sekarang. Sungguh, dia menyesal. Kenapa dia tidak memakstikan lebih dulu kalau sifat jorok dan sembrono Lily tak menyusahkannya kemudian hari. Setidaknya, jika dia lebih aware, dia mungkin bisa memberikan satu sentilan keras pada kening Lily sebelum temannya itu pergi.
Damn! Itu adalah umpatan pertama Kissy setelah lebih dari separuh tenaganya terkuras habis. Kini dia tak memiliki pilihan lain selain menggunakan sisa tenganya untuk mulai membereskan segala kekacauan di kamar itu. Jika tidak, maka bisa dipastikan kalau Adhiyaksa tak akan pernah bisa menempatinya besok.
Tanpa menunda waktu lagi, Kissy langsung menyambar tempat sampah dan memungut bungkus snack dan kaleng soda yang bertebaran. Dia berlari-lari kecil sembari membawa vacum cleaner. Sebelum itu, dia menarik bed cover dan seprei untuk dia masukkan ke mesin cuci. Sembari menunggu mesin cuci menggiling bed cover dan seprei kotor, dia mulai menyalakan vacum cleaner dan menyedot habis debu-debu yang menempel.
Dada Kissy bergerak naik turun. Kedua tangannya bertengger di pinggar, sedangkan pandangannya menyorot lelah pada hasil pekerjaannya. Kamar itu sudah bersih. Dia lantas menuju lemari untuk mengambil bed cover dan seprei baru. Tak lupa dia juga mengeluarkan gorden baru yang menjadi alasan pertamanya menyambangi kamar itu.
Kissy memasang bed cover dan seprei dengan telaten. Dia bahkan beberapa kali mengubah tatanan bantal. Setelah dirasa pas, Kissy membawa gorden barunya keluar. Akan tetapi, dia menuju mesin cuci lebih dulu untuk mengecek cuciannya. Dia menekan sebuah tombol untuk memulai pengeringan.
Tanpa sengaja, lirikannya jatuh pada jarum pendek jam kecil di atas mejanya. Jam dua lewat. Pantas saja kelopak matanya mulai memberat. Segera Kissy menuntaskan niatnya agar cepat bisa beristirahat.
Sembari memejam beberapa kali, dia menenteng kursi bar dapur. Dia meletakkan kursi itu ke tempat semula. Lantas dia membelokkan tungkainya ke arah mesin cuci. Jujur, Kissy tak lagi bisa menahan kantuk. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mematikam mesin cuci dan membiarkan cuciannya. Dia berjanji akan menjemurnya besok pagi.
Alih-alih pergi merebahkan diri di kamar, Kissy duduk bersandar di kursi putar favoritnya. Netranya mengarah pada kelamnya langit malam. Seolah-olah terhipnotis, Kissy pun mulai memejam. Deru napas teratur menyusul kemudian.
Tbc
Kissy sibuk bersih-bersih, lalu Adhiyaksa ngapain, ya?
Terima kasih sudah berkenan mampir.
See you!
Big hug,
Vanilla Hara
21/11/20
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK UP | ✔ | FIN
General FictionPrequel COFFEE BREAK Adhiyaksa Prasaja mengerti bahwa pernikahannya begitu dibutuhkan dan dinanti. Namun, kealpaannya mengenal cinta dan bermain wanita membuatnya setuju menikahi Amira Hesti Benazir, meskipun dia tahu ada niat terselubung atas berla...