cinta tanpa syarat

408 34 2
                                    


Langkah kaki berjalan menyusuri setiap sudut yang terdapat banyak sekali buku buku berjejeran dengan sangat rapi.

Mata itu melirik ke setiap buku yang tersusun rapi seolah sedang mencari. Seketika langkahnya terhenti saat melihat satu buku yang di cari.

"Nah, ini dia!." Tangan itu terangkat untuk mengambil buku yang cukup tinggi, bahkan kaki pun ikut berjinjit agar buku dapat ia raih.

Namun sayang sungguh sayang ia tidak bisa meraih buku itu, tapi bukan Nafisah lah namanya jika tidak mendapatkan apa yang dia mau.

Yah, orang itu adalah Nafisah. Nafisah berusaha keras untuk meraih buku yang ingin dia ambil, tapi sayang sekali buku itu sangat tinggi.

Nafisah tak mau menyerah, ia berniat tetap mengambil buku itu. Nafisah melihat ke arah kanan dan kiri mencari sesuatu yang dapat ia taiki.

Seulas senyum melintas di bibir Nafisah kala melihat kursi yang ada di perpustakaan.

Nafisah berjalan mengambil kursi itu dan segera menaruhnya di tempat ia akan mengambil buku. Nafisah menaiki kursi dan mencoba meraih bukunya.

Namun tiba tiba Nafisah kehilangan keseimbangan, kursi mulai bergoyang hingga kaki Nafisah yang satu terpeleset.

"Aaaaaaaaa..."

Greebbbb

Dengan sigap seseorang memeluk Nafisah agar tidak terjatuh. Nafisah menutupi wajahnya dengan buku yang berhasil dia ambil.

Karena perasaan terkejut dan sangat kaget, Nafisah menjauhkan buku itu dari wajahnya perlahan untuk melihat siapa yang menolongnya.

"Mas ..." Sambil memegang dadanya akhirnya Nafisah bernafas lega saat melihat Irsyad yang menyelamatkannya.

Irsyad membantu Nafisah berdiri serta menatapnya intens. " Ngapain kamu naik naik?" Tanyanya dengan nada datar.

"Maaf Mas, aku mau ngambil buku ini " Nafisah menunjukan buku yang ia ambil tadi.

"Allahu Robbi Nafisah... Kamu ingat dong resiko naik naik itu kayak gimana? Kamu gak ingat kalau kamu gak hanya sendiri sekarang! Ada bayi dalam perut kamu!" Ucapnya dengan nada sedikit meninggi.

Ucapan Irsyad barusan berhasil membuat Nafisah sesak dan ingin menangis, ia tahu kalau dia sangat salah. Tapi tak seharusnya Irsyad meninggikan suaranya bukan?.

Entah sejak kapan Nafisah menjadi cengeng, ia mudah tersinggung walau Irsyad menaikan suaranya sedikit saja.

Nafisah menundukkan kepalanya serta menjatuhkan tetesan air dalam matanya." Hikh ... Hikh ... Hikh ... Maaf Mas aku salah"

Mendengar isakan Nafisah lebih membuat Irsyad merasa bersalah. Irsyad menghela nafas berat lalu memegang kedua bahu Nafisah.

Irsyad menarik Nafisah dalam dekapannya serta mengelus lembut kepalanya.

"Maaf" Ucap Irsyad lembut.

****

Puluhan lampu kendaraan di malam hari yang berlalu lalang di jalanan terlihat sangat indah ketika melihat dari ketinggian.

Mata Nafisah berbinar memandang indahnya kota dari atas apartemen. Usai pulang kuliah Irsyad sengaja mengajak Nafisah berjalan jalan dulu.

Irsyad mengajak Nafisah ke atas apartemen melihat indahnya kota di malam hari. Irsyad memeluk Nafisah dari belakang seraya menopang dagu nya pada pundak Nafisah.

"Kamu suka gak?" Tanya Irsyad

Nafisah tersenyum seraya mengangguk." Aku suka banget Mas!"

"Syukur kalau kamu suka" ujar Irsyad ikut senang dan memandang lagi ke depan mengikuti Nafisah.

Anta Habibi Ya ZawjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang