78-eps

160 16 7
                                    

Semua tokoh dalam cerita ini milik JK Rowling

(ada tambahan tokoh dari author)

.

.

.

Setelah sibuk mengurus Hagrid sebentar di gubuknya dengan beberapa ramuan Snape yang membantu pemulihan itu, Snape segera menetap di ruangannya. Dengan penuh amarah, kecemasan, dan rasa takut akan kehilangan gadisnya itu.. untuk yang kedua kali.

Snape tidak mau Rhea hilang begitu saja. Apalagi tanpa Snape ketahui. Apalagi.. ditangan keparat keparat yang Snape benci itu. Snape lagi lagi tidak peduli jika nyawanya menjadi taruhan. Karena dia lebih mementingkan gadisnya untuk hidup lebih lama. Dibanding memperpanjang hidupnya sendiri yang bahkan menurut dia tidak penting.

Mengepalkan tangannya lebih keras. Dia benar benar marah sekarang. Dia bahkan tidak bisa membohongi dirinya bahwa dia juga marah pada Rhea. Gadis itu sudah berkali kali di larang untuk menemui Hagrid. Tapi dengan keras kepalanya, Rhea masih menemui Hagrid.

*PRANG

Snape tidak bisa berteriak. Sehingga semua kemarahannya itu hanya bisa dia lampiaskan pada benda benda disekitarnya. Dia tidak segan untuk menghancurkan barang barangnya sendiri. Melemparnya hingga pecah hanya untuk melepaskan amarahnya itu.

Tapi tetap saja, amarahnya tidak secepat itu menghilang dari dirinya.

Sampai Snape terduduk.. hanya itu yang bisa dia lakukan jika amarahnya sudah dilampiaskan. Duduk bersandar di dinding ruangannya. Merunduk menutupi wajahnya dengan semua tekukan lutut nya itu. lantas merasa putus asa. Walau masih memiliki akal. Tapi jika sudah berurusan dengan apa yang ia cintai.. Snape bisa dengan cepat putus asa.

*ZEP

"Severus! Severus! Severus! Bukain dong pintunya. Aku tamu! Tamu adalah raja!", teriak orang di luar ruangan Snape tiba tiba.

Lantas pikiran Snape langsung buyar saat itu juga.

Dan ya. Sebagaimana pun Snape merasa putus asa.. tapi niatnya untuk terus mendapatkan apa yang dia mau itu tidak pernah padam. Sekali pun harus melakukan hal hal berat dan hal hal yang tidak dia sukai.

Snape segera berdiri lagi.. mengusap pelipisnya tanpa alasan. Lantas mengambil tongkat sihirnya hendak merapalkan mantra. Tapi dia terlalu malas untuk merapihkan semua itu walau sudah dibantu oleh mantra. Tapi dia bahkan malas membuka mulutnya untuk merapalkan mantra itu.

Lekas itu, barulah Snape melangkah menuju pintu ruangannya sambil menggerutu keluh. "aku sampai lupa, aku memanggil si brengsek ini..", ucap Snape pada dirinya sendiri.

Baru lah Snape membuka pintu itu dengan cepat.

"wehheeee Snivellus! How was your day, mate?", sapa Sirius dengan gembira.

Tangannya terbuka lebar untuk menyambut Snape. Hendak memeluk pria serba hitam itu. tapi jelas tidak akan pernah terjadi. Melihat Snape yang juga tidak pernah tertarik dengan kontak fisik selain dengan gadis kesayangannya itu, bisa menjadi alasan kuat untuk Snape tidak menerima pelukan Snape.

Sedangkan Snape yang menyambut kedatangan Sirius itu.. sangat malas tentunya. Dia memang membutuhkan bantuan Sirius. Karena hanya Sirius yang bisa ia pertaruhkan dalam sesuatu yang berisiko. Karena.. Sirius baginya tidak lah penting. Jadi tidak masalah jika terjadi sesuatu yang buruk pada Sirius. Tapi tetap saja Snape tidak senang melihat keberadaan Sirius.

ABOUT US-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang