Setelah perang besar dalam mengalahkan Voldemort, ternyata banyak hal hal yang tak terduga terjadi. Sesuatu yang membuat dunia sihir bertanya tanya kembali.
Severus Snape, seorang yang menyedihkan, merasa kembali bangkit ketika gadis bernama Rhea ha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua tokoh dalam cerita ini milik JK Rowling
(ada tambahan tokoh dari author)
.
.
.
WARNING 18+
(pengucapan bagian tubuh intim)
Snape terus menggendong Rhea. Snape tidak berhenti berjalan. Bahkan Snape melewati tangga berjalan. Dimana seharusnya untuk kembali ke asrama Gryffindor mereka harus melalui tangga itu. Hingga Rhea berkata sambil melihat ke arah tangga bergerak yang sudah ditinggalnya dibelakang karena Snape berjalan sangat cepat, "hey Severus, kita harus nya belok, bukan lurus kesini. Ini mah mau ke kelas transfigurasi", gerutunya seraya kembali menghadap ke wajah Snape.
Snape tidak menghiraukan itu. Ia tetap berjalan lurus dengan cepat dan datar. Rhea sebenarnya sediki takut. Ia bingung Snape mau membawanya kemana. Ditambah mimik wajah Snape yang sangat seram, menjadikan tingkat ketakutan Rhea semakin muncul. Hingga muncul di benak pikiran Rhea, Severus.. kau mau bawa aku kemana, aku takut. berenti plis.. mukanya jangan serem serem gitu dong senyum dikit napa, ucapnya dalam hati
Dan benar saja, setelah Rhea menyebutkan 'senyum dikit napa' di dalam hatinya, Snape langsung menyeringai sedikit. Lalu Snape berhenti. Melihat ke arah Rhea yang dari tadi tidak melepaskan pendangannya pada Snape.
"Kau akan aman bersamaku Ry.. ikuti saja, aku tidak akan menyakitimu", ucap Snape dengan lembut
Rhea saat itu hanya fokus pada mata Snape, sehingga ia hanya balas mengangguk. Lalu Snape kembali berjalan cepat. Sekarang sudah ada diujung koridor, bersiap siap untuk menuruni tangga melingkar. Dan ya akhirnya Snape mulai turun tangga dengan cepat namun hati hati. Sejujurnya Snape mulai merasa sakit ditangannya. Walau Rhea itu cukup ringan, namun membawa beban sejauh itu bisa membuat tangan tidak terasa.
Untung saja, pada akhirnya Snape berhenti tepat didepan pintu kayu besar yang sudah tua. Ia menggerkan bibirnya tanpa mengeluarkan kata apapun, itu adalah mantra non-verbal. Karena Snape selalu memberi ruangannya mantra anti-ganggu. Lalu dengan cepat pintu itu seperti tahu pemiliknya, pintu itu terbuka sendiri.
Dan sampailah mereka didalam ruangan Snape. Ruangan yang khasnya memiliki sifat lembab, dingin, dengan aroma aroma ramuan yang bisa membuat suasana semakin tenang. Satu yang Rhea tidak suka dari ruangan Snape, khususnya saat malam hari adalah, dingin. Hanya itu yang ia tidak suka.
Lalu Snape meletakkan Rhea diatas sofa panjang, meminta Rhea untuk meluruskan kakinya. Dan dengan cepat Snape pergi ke dapur kecilnya, membuat teh hangat dengan cepat. Teh khas yang Snape racik sendiri. Setelah itu memberikannya pada Rhea, sambil memerintah, "cepat habiskan!". Dengan tertatah tatah meniup teh yang masih panas, Rhea mulai meminum tehnya dan menghabiskannya dengan cepat. Lalu ia memberikan gelas kosong itu pada Snape. Snape kembali ke dapur meletakkan gelas kotor itu.