Chapter 26 : Schatten

125 13 2
                                    

hallo semua pa kabar?! Moga baik-baik aja ya. Pertama aku pengen minta maaf karena baru bisa hari ini up. Harusnya kan karena tapi karena saya kurang enak badan makanya gak sempat up. Sorry semua.

Aku bakal usahain untuk konsisten dengan jadwal yaitu Rabu Sabtu. ya di sela kesibukanku. Atau mungkin saja telat up tapi aku usahain seminggu itu sekali. So doain aja aku gak lama upnya.

Mungkin sekian, makasih dan maaf sekali lagi.

Jangan lupa vote dan komennya ya tolong koreksi dan beri saran untuk cerita ini.

Happy ready all ....

.
.
.
.

Helahan napas pelan keluar dari Felicia. Dia melirik Khayri yang tampak lesu sambil termenung memandangi keluar mobil. Felicia tersenyum simpul Khayri dan Alan benar-benar dekat, apalagi setelah mereka menikah. Alan benar-benar memanjakan Khayri ya dengan memenuhi permintaan aneh nan ajaib putra mereka itu.

Mobil mewah bewarna silver itu memasuki parkiran akademi. Felicia menghentikan mobilnya tepat diparkiran petinggi akademi membuat semua mata yang baru saja datang mengerah padanya. Apalagi itu bersamaan dengan datangnya beberapa mobil lainnya yang tak kalah mewah.

Felicia membuka pintu mobilnya lalu beralih ketempat Khayri membuka pintu untuk putranya itu. Khayri memandangi Felicia yang tersenyum kearahnya, anak itu merentangkan tangannya meminta untuk digendong membuat Felicia terkekeh dan menggendong putranya itu.

"Kenapa sih ganteng dari tadi lesu banget. Pulang sekolah nanti kita ke markas WE, kita nungguin Ayah oke," ucap Felicia.

"Bunda gak bohongkan?" tanya Khayri memandang curiga Felicia.

"Ngapain Bunda bohong hem? Nanti Bunda kasih tau sama Ayah kalau kita nunggu di markas. Jadi jangan lesu lagi dong, mainannyakan udah dibeliin sama Ayah," ucap Felicia.

"Bunda tau dari mana?"

"Kamu kok kayaknya gak percayaan gitu sama Bunda?" heran Felicia membuat Khayri cemberut, "apapun keinginan kamukan dikabulin terus sama Ayah, udah jangan cemberut gitu. gantengnya hilang loh kalau gitu."

Khayri terdiam memandang sang Bunda yang ikut cemberut, anak itu tergelak lalu mencium pipi Felicia, "Bunda juga cantiknya hilang kalau cemberut. Tapi, kalau gitu Bunda juga gak jelek, Bunda imut. Ay gak suka Bunda cemberut di sini."

"Hm? Kenapa emangnya."

"Ayri cemburu, orang-orang pada ngelihatin Bunda, gimana kalau ada yang pengen Bunda jadi Bunda mereka juga? Bunda Ayrikan imut sama cantik. Bunda tuh cuma punya Ayri sama Ayah doang!" tegas Khayri membuat Felicia tergelak kecil lalu mencium gemas pipi putranya itu.

"Kan memang iya. Anak siapa sih kamu pinter banget kayak gitu, siapa yang ngajarin? Ayah?" tanya Felicia.

"Hem?? Nggak tapi Ayri dengar Ayah ngomong gitu sama Bunda."

Felicia hanya terkekeh mendengar penuturan putranya itu. Walaupun banyak orang yang bilang sifat Khayri mirip dengannya tapi bagi Felicia Khayri benar-benar jiplakan Alan, terlebih putranya itu perlahan mengikuti apa yang Alan lakukan, seperti ucapan untuk merayunya.

"Betapa indahnya pagi melihat pemandangan ini. Ck, gak sama bapaknya, anaknya romantisan mulu," ucapan dari suara berat itu membuat mereka berdua menoleh pada pria berambut hitam dengan mata maron, sekilas mirip dengan Alan tapi itu bukan Alan, melainkan kakak tertua Alan Hazzam.

"Vin, Papa kamu kenapa sih? Julid banget," heran Felicia sambil bertanya dengan anak yang digandeng pria itu.

"Gak tau Bun, Papa memang suka gitu," balas anak tersebut membuat Hazzam melotot sebal pada putranya itu.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang