Chapter 36 : Reception Or...Trap? {5}

22 3 1
                                    

Jangan lupa beri 💬 dan tekan tombol 🌟
Ya!

Happy reading guys!!

****

     Khayri keluar dari dapur dengan sebotol susu ditangannya. Anak itu menyerengit heran melihat Zain yang masuk dengan tergesa-gesa, tampaknya pamannya itu akan pergi keruangan sang kakek, apa yang akan mereka bicarakan.

      Khayri melirik Fani yang tampak berbincang dengan pelayan di dapur lalu segera pergi tanpa sepengetahuan tantenya itu.

     Anak itu mengendap-endap dengan gerakan gesit bak agen profesional, Khayri rasa itu diturunkan dari kedua orangtuanya. Tapi satu kesalahan yang Khayri lakukan saat itu, kewaspadaannya kurang, dia mungkin juga lupa dengan paman kembarnya yang selalu tertarik dengan hal yang dia lakukan.

      "Dia mau kemana?" heran Agam.

      "Ayo ikut!" seru Agler menarik Agam sama-sama mengikuti Khayri tepat dibelakangnya.

      Khayri dengan gesit masuk keruangan Elam tanpa diketahui oleh pria itu, anak tersebut sembunyi dibelakang sofa sangat strategis karena tak ada yang bisa melihatnya di sana, mengingat posisi sofa itu hampir berdempetan dengan dinding.

     "Ay kita mau ngapain di sini?" tanya Agler berbisik dengan polos.

     Khayri menoleh dan melotot pada dua anak laki-laki yang  setahun lebih tua darinya itu, dia kesal tentu saja. Kenapa mereka selalu mengikutinya?!

    Suara pintu dibuka dengan keras membuat perhatian mereka teralih, Khayri tersenyum senang melihat Zain. Tidak sia-sia dia mengingat kertas-kertas yang ada di ruangan sang Bunda, salah satunya adalah dena rumah ini dengan segudang jalan rahasia.

     "Ayah! Ayah tau rencana Ciakan?"

     "Hem? Gak."

     "Bohong!" seru Zain membuat Elam mendesis kesal lalu memandang tajam putranya itu.

     "Kamu kira adik kamu itu mau memberitahukan rencananya? Tentang kondisi tubuhnya saja Ayah baru tau sekarang. Kenapa gak tanya bunda kamu saja? Bunda kayaknya tau," ucap Elam kembali fokus ke layar yang ada di depannya.

     "Ayah, Ayah terlalu santai," komentar Zain duduk di depan Elam dan memandang serius Ayahnya itu.

    "Santai gimana?! Ayah lagi stres! Kamu tau stres! Ayah ditinggalin hampir 5 tahun sama adek kamu saat dia kembali ke sini dia malah berkeluarga. Kamu gak tau betapa stres nya Ayah waktu di paksa nikahin adek kamu itu sama Alan!" seru Elam yang tiba-tiba dramatis membuat Zain memandang datar Ayahnya itu bahkan Agam dan Khayri pun sama minus Agler yang memandang prihatin sang Ayah.

     "Kasihan Ayah," lirih Agler.

     "Odoh," gumam Khayri kecil.

     "Udah takdir Yah, ikhlasin aja. Si Cia juga bahagia udah bisa ngendaliin Alan," ucap Zain yang sebenarnya tak mengerti dengan  jalan pikiran adiknya itu.

     "Ngendaliin? Maksud kamu apa?" tanya Elam, dia merasa tertarik dengan itu dan dia juga tak pernah mendapatkan informasi tentang itu.

    "Ya ngendaliin, Ayah gimana sih. Apapun kata dia si Alan tuh nurut banget. Dulu juga gitu tapi sekarang lebih nurut, kata Cia nggak memang nggak, iya ya iya, terus dia makin nempel gitu, masa bulan kemarin Zain mau ngajak Cia jalan dia ngelarang gitu," kesal Zain membuat Elam memandang datar putranya tersebut.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang