Chapter 55 : Agasthya

10 2 0
                                    

Jangan lupa beri 💬 dan tekan tombol 🌟
Ya!

Happy reading guys!!

****

   Orang-orang ramai dengan mulut berkomat kamit, mereka duduk melingkar dengan tubuh bergoyang kanan dan kiri dengan mulut yang bergerak cepat seakan merapalkan mantra.

    Bau dupa memenuhi ruangan itu, sesajen di letakkan ditengah-tengah mereka, tiba-tiba asap mengepul. Di tengah-tengah mereka tepat pada asap itu muncul sesosok makhluk yang tinggi, wajahnya tertutupi oleh asap yang berkumpul.

      "Tuan! Tuan Buntala!" seru salah satu dari mereka memanggil nama makhluk itu dengan gembira.

      "Cepat! Cepat beritahu Master bahwa Tuan Buntala menerima kita!" pintanya pada salah satu orang disana.

      Orang tersebut segera pergi, pria tadi yang berseru pertama tampaknya dia adalah pemimpin dari acara mistis itu.

     "Siapa? siapa yang memanggil dan mengangguku."

      "Tuan Buntala! Ini kami! K-kami pengikut setia anda, kami butuh bantuan anda!" seruan itu membuat suara halus tersebut tertawa.

     Tawa keras yang membuat hawa di sekitar menjadi dingin dengan bulu kuduk yang berdiri, tawa yang mengerikan.

    Tiga orang pria dengan berbagai usia masuk kedalam ruangan itu, mereka sama-sama merinding mendengar tawa yang tiada habisnya, mata ketiganya tertuju pada sesosok makhluk menyeramkan yang muncul di tengah-tengah lingkaran yang dibuat orang-orang yang mereka suruh.

"Manusia bodoh! Hahahaha apa yang kalian inginkan? Hah, tidak yang terpenting dimana tumbalnya?!"

"Ah tumbal ya tumbal itu....," ucap pemimpin tersebut.

   Matanya kemudian tertuju pada tiga pria tadi, "M-master!"

   Tangan pria yang lebih tua terangkat, pria itu dengan berwibawa menatap makhluk yang ada di depannya itu.

    "Jika tumbal yang kau inginkan kami telah menyiapkannya."

"Bagus bawa kehadapanku biar aku pilih, jika aku tidak suka kalian harus mencari yang lain."

   Mereka terdiam dengan pria lebih tua tadi yang tersenyum miring dan sinis mendengar ucapan makhluk tersebut dengan benak yang mengumpati makhluk itu.

    "Aku yakin kau tidak akan menolaknya, aku menumbalkan pemilik permata Scarlett," ucap Pria itu dengan percaya diri.

"Ayah!" seru pria yang lebih muda.

"Diam Han! Apa yang kau harapkan dari wanita itu?" ucapnya memandang sinis putranya itu, "kematiannya adalah kejayaan bagi kita."

   "Dia wanitaku Ayah!" serunya dengan penuh penekanan.

    "Baj-"

    "Diam! Kalian berisik! lalu dimana tumbal itu?"

    "Itu menjadi salah satu transaksi kita, kami menginginkan permata itu, kau harus mendapatkannya. Permata itu untukku dan pemiliknya untukmu," ucap pria tua itu.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang