Chapter 39 : Gem Tears

19 4 0
                                    

Jangan lupa beri 💬 dan tekan tombol 🌟
Ya!

Happy reading guys!!

****

      Felicia tersentak bangun sambil memegang kepalanya, mimpi buruk. Dia bermimpi mendapatkan luka yang dalam di dalam hutan. Mungkin saja itu hutan menuju desa dan Alan juga terluka parah di dalam hutan.

     Itu petunjuk, jika dia tidak mau itu terjadi, Alan tidak boleh pergi mengikutinya dan dia perlu rencana. Tapi ada sesuatu yang aneh di sana. Pakaian kenapa mereka memakai pakaian kuno?

     Mata wanita itu teralih saat tak melihat Alan di sampingnya kemana perginya suaminya itu. Dahi Felicia menyerengit melihat handphone Alan, panggilan Gerant tampak di sana. Apa Alan pergi menerima laporan atau menjalankan misi?

     Tangannya meraih handphone yang ada diatas nakas. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Baim. Kenapa adiknya itu menelpon?

     Felicia mengurungkan niatnya untuk menelpon balik saat pintu kamar terbuka memperlihatkan Alan di sana dengan Khayri di gendongannya.

    "Hiks...Bunda," panggil Khayri masih terisak membuat Felicia tersentak langsung berdiri dan menghampiri putranya itu mengambil alih dari Alan.

    "Kenapa sayang, kok anak Bunda nangis? Ay mimpi buruk ya?" tanya Felicia lembut membuat Khayri makin mengeratkan pelukannya.

    Felicia terdiam merasakan tubuh kecil itu gemetar seakan ketakutan membuatnya memandangi Alan yang menggeleng pelan.

    "Dia gak mau jawab waktu ditanya. Ayah buatian susunya dulu ya," ucap Alan.

    "Barang-barang Ay...."

    "Di sini kok, tadi udah Mas suruh Addi yang taruh di sini," ucap Alan mengecup kening Felicia dan kepala Khayri dan berjalan ke tas yang berisi barang Khayri.

     Felicia menghela napas pelan, dia mengelus lembut punggung Khayri menenangkan putranya itu. Hanya dugaan, tapi entah mengapa Felicia yakin Khayri memimpikan hal yang sama dengannya.

    "Ay sayang, Bunda sama Ayah baik-baik aja hem, itu cuma mimpi. Ayah sama Bunda gak bakal pergi dari Ay. Kami gak akan ninggalin Ay, kita bakal sama-sama terus," bisik Felicia dengan lembut menimang putranya itu.

     "Hiks...Bunda," gumam Khayri.

     Khayri memeluk erat Felicia perlahan dia mulai tenang, anak itu kemudian melepas pelukannya dan memandangi Felicia yang tersenyum lembut padanya.

    "Ay lihatkan Bunda dan Ayah baik-baik aja," ucap Felicia mencium tangan mungil putranya itu.

    Khayri mengangguk pelan masih dengan mata berkaca-kaca, "Bunda angan pelgi, angan inggain Ay."

    "Ya, Bunda gak bakal pergi, Bunda bakal terus ada untuk Ay," bisik Felicia sambil mencium kening Khayri lama, ada rasa sesak didalam hatinya melihat tangis putranya itu.

    "Ay, nih susunya, tidur lagi ya sayang, dipeluk Ayah sama Bunda, jangan nangis lagi oke," ucap Alan memberikan botol susu pada Khayri yang mengangguk pelan.

    Alan dan Felicia tersenyum melihat itu. Alan mencium gemas pipi putranya itu membuat Khayri sedikit kesal, "Yah!"

     Alan terkekeh pelan melihat reaksi putranya itu, dia lebih tenang melihat wajah kesal Khayri dari pada wajah sedihnya tadi. Felicia kembali berguling dikasur dengan Khayri di sebelahnya sambil meminum susunya. Alan berguling disamping putranya itu dengan perhatian memegangi botol dot putranya itu agar Khayri nyaman.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang