Chapter 5 : Takdir Keluarga

355 36 3
                                    

   Abra memandang bosan kearah tv ia juga jenuh dengan tatapan cucu perempuannya yang menatapnya sambil berpikir keras, Abra tak terlalu menghiraukan itu karena ia yakin kini cucunya itu tengah memikirkan Alan.

   "Kakak kenapa sih natap Grandpa kayak gitu banget?" tanya Baim heran pada Kakaknya itu.

   "Kayak gak tau aja Bang, pasti Kak Cia galau mikirin Kak Alan," jawab Fani masih fokus pada laptopnya bersama Celena dan Celin.

   "Oke, Cia kamu mau nanya apa?" tanya Abra akhirnya.

   "Mas Alan ada masalah ya Grandpa?" tanya Felicia membuat yang ada diruangan itu sontak tertawa.

  "Ih kenapa ketawa sih!" seru Felicia kesal.

   "Habisnya kamu juga aneh banget, Kak Alan punya masalah? Gak mungkin deh," ucap Neron sambil menganti siaran tv.

   "Iya Kak, gak mungkin kalau ada sih dia tinggal tebas aja masalah selesai," ucap Celin.

   "Terus kok dia gak ngangkat telpon Cia sih? Sebal tau gak!" seru Felicia kesal.

   "Cie, yang kangen sama pacarnya," ucap Fani menggoda Felicia membuat muka Felicia memerah malu.

   "Ih, gak tau! Kakakkan khawatir kemarin dia ngambek," bantah Felicia.

   "Alan kenapa ngambek sama kamu? Kamu buat masalah ya?" tanya Zia yang kini mengelus rambut Baim yang berguling dipahanya.

   "Gak tuh, Cia gak buat masalah," ucap Felicia kesal.

  "Ya berarti kamu harus paham bisa aja dia lagi cemburu," ucap Abra.

   "Cemburu gimana sih Grandpa," ucap Felicia gak paham.

   "Ya itu cemburu, Kakak Iparkan tahu semua kegiatan Kakak, apa lagi belakangan ini Kakak ada ketemu sama si ajun inspektur itukan?" tanya Celena membuat semua mata menoleh kearahnya heran.

   "Gak kali ya, kemarin sih iya sekarangkan gak," ucap Felicia.

    Baim bangkit duduk lalu mendekat kearah Celena sambil memeriksa kening gadis itu dan keningnya.

   "Kamu ngapain sih Im?" tanya Felicia melihat adiknya itu heran.

   "Gak panas, Kak Lena habis jatuh dimana?" tanya Baim yang langsung dihadiahi jitakan oleh Celena.

   "Sembarangan kalau ngomong ya! Lagian kok kalian heran gitu biasa aja kali, Lena dukung Kak Cia semua kebahagian Kak Cia harus di dukung!" seru Celena yang entah kenapa semangat.

  "Kamu habis diceritain apa oleh Ero?" tanya Abra sambil melirik Neron.

   "Sesuatu yang membuat mereka paham," jawab Neron dengan gaya sok kalem.

   "Sok banget wajahnya," ucap Felicia mengejek membuat Neron memandang tajam dirinya.

   "Kenapa kamu gak pakai cara gitu sama Ely dan Cae?" tanya Zia.

   "Gak bisa Grandma, susah. Kalau ngomong sama orang yang sama bar-bar kayak Cia itu memang gak bisa," ucap Neron membuat Felicia mendelik dan mencubiti perutnya.

   "Sakit!" teriak Neron sambil mengelus berkas cubitan Felicia.

   "Rasain, lagian sih masa ngehina adik sendiri," ucap Felicia kesal.

   "Udah, jangan kelahi pusing Grandma lihatnya," ucap Zia.

   "Cia kamu jangan terlalu ikut campur dengan kasus-kasus, biarkan saja para polisi itu yang menanganinya," ucap Abra membuat Felicia tersedak kaget.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang