Chapter 3 : Silvermoon

389 38 1
                                    

   Sudah berapa lama kiranya Felicia tak melakukan ini? Sudah beberapa bulan, Felicia bisa saja melakukan setiap hari jika saja Grandpanya tak melarang.

   Kalau ucapan Grandpanya ia bisa sedikit membantah dan tak peduli, masalahnya, Alan juga ikut-ikutan cuma dia doang yang tak bisa Felicia bantah, entah kenapa tapi makin hari ia merasa Alan makin protektif padanya, kalau kata Neron sih posesif tapi Felicia gak bisa nyangkal karena itu benar.

   Lagi pula Celena dan Celin lalu kata Neron, Eza dan Cae melarangnya untuk mendekati Alan hal itu membuatnya dia ingin tergelak sekaligus heran sebegitu bencinya mereka dengan hubungannya dan Alan? Tapi sayangnya tetua dikeluarga mereka malah setuju.

    "Kamu benar-benar mau pergi?" tanya suara yang sangat Felicia kenali membuatnya menoleh, itu Neron.

    Felicia mengumpat dalam hati ia sudah yakin kalau dia mengunci kamarnya dan memastika orang-orang telah tetidur tapi kenapa Neron bisa di sini?!

    "Kak Ero! Jangan bilang siapa-siapa ya brother," ucap Felicia dengan nada manja sambil memeluk Neron .

    "Kembali dengan cepat, kalau aku di sini biasanya tak akan ada yang curiga," ucap Neron pasrah.

  Felicia tersenyum senang Neron benar-benar Kakak yang pengertian lagi pula takkan ada yang curiga padanya jika Neron kini ada di sini, mereka menganggap Felicia lebih aman bersamanya dan Felicia juga senang jika berada bersama dengan Neron.

    "Baiklah aku pergi dulu!" seru Felicia sambil berbalik menuju rak buku.

    "Kau menggunakan identitas apa?" tanya Neron sambil melihat Felicia dari atas hingga bawah, mengamati.

    "Identitas baru, apa lagi," ucap Felicia sambil mengunakan topeng (seperti yang ada di mulmed), "Silvermoon."

     "Kenapa gak sekali aja Sailor Moon sama Moon Goddes aja sekalian," ucap Neron datar membuat Felicia mendengus.

    "Kau kira pakaian Sailor moon itu cocok untukku? Mungkin ia juga namun aku tak menyukai itu pendek," ucap Felicia.

    "Dan Moon Goddes bisa dikreasikan, bagaimana menurutmu?" tanya Neron sambil tersenyum jahil.

    "Aku yang gak mau, gak kreatif!" seru Felicia kesal berbalik bersamaan dengan lemari buku yang terbuka dan menampilkan sebuah jalan.

    Felicia masuk kedalam dan berjalan pergi dengan lemari buku yang kembali tertutup meninggalkan Neron yang terkekeh geli.

    "Ya, ya selama dia pergi lebih enak tidur," ucap Neron sambil berguling di kasur empuk milik Felicia.

   Di tempat lainnya....

   Bau anyir darah tercium menyegat. Pria itu duduk di sofa singel sambil meminum segelas wine yang baru saja dituangkan oleh asistennya.

    "Benar-benar keras kepala," ucapnya dingin.

    Wajah tampan dengan rahang tegas dan rambut bewarna hitam serta mata bewarna biru malam yang tajam dan bisa membuat siapa saja di dekatnya mati membeku.

     "Nyonya berbuat sesuka hati lagi?" ucap Addi seperti bertanya padahal ia telah tau jelas tentang itu.

     "Addi apa yang kini tengah ia jalankan?" tanya Alan.

    "Sebuah kasus dengan pembunuh berantai, sasaran pertama waktu itu di sekolahnya korbannya adalah satu kelas termasuk seorang guru, hanya satu siswi yang selamat dan juga...itu terjadi sehari sebelum dia menemui Anda," ucap Addi.

   Mata pria itu mengkilat saat mendengarkan penjelasan Addi, tampak sekali jika pria itu, Alan, kini tengah menahan emosinya.

    "Apa lagi?" tanya Alan.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang