"Hahaha, kenapa aku harus berhadapan kembali dengan bocah licik seperti ini, aku merasa sudah cukup hanya Elam dan Falih. Kenapa kamu harus mirip banget sama Elam!" seru Bagus dengan kesal.
"Kan Fea anaknya, lagian kalau kayak gini Kakek lama-lama mirip Granpa, stress," ucap Felicia dengan santainya.
"Ngatain orang tua kamu, tadi kamu bilang Grandpa kamu itu gak mungkin stress sekarang malah sebaliknya," ucap Bagas kesal.
"Udah deh Kek, Fea gak mau lama-lama siap ini mau tidur capek kesana kemari, lagian yang mulai situ juga ngomongnya saya-anda ya ikutanlah, lagian manggilnyakan juga Mr. Gunarko hormat kok," ucap Felicia.
"Ya tapi tetap saja mendengar nada berbicara begitu aku mengingat Falih dan Elam yang selalu menipuku dengan trik licik mereka," ucap Bagas.
"Olah, kakek dulu sering kena tipu ya," ucap Della membuat Bagas memandang tajam cucunya itu.
"Diam kamu," ucap Bagas kesal.
"Kamu mau nanyain apa Fe?" tanya Arshi mengalihkan topik yang tak ada faedahnya itu.
"Senang saja, untuk Om Banyu sama Kakek Bagas bisa melihat dokumen ini dulu perhatiin nama-nama yang ada di sana," ucap Felicia sambil memberikan delapan buah dokumen pada kedua pria yang ada di depannya.
Felicia memakan kue yang di sediakan dengan lahap tanpa ada segannya sedangkan Bagas dan Banyu memeriksa dokumen yang entah datang dari mana yang tentunya diberikan Felicia.
"Ini korban kasus itukan?" tanya Banyu.
"Tepat, yang diberikan ke Fea ada 16 dokumen namun Fea hanya memberikan 8 karena mau tau apa kalian tahu dengan korban-korban yang ada di sana," ucap Felicia.
"Hah, ya, Abimanyu, Cantika, Erlang dan Fakhri mereka sanak saudara kami yang jauh mungkin jika orang bagian keluarga kami dan mereka bisa saja menikah," ucap Bagas.
"Dina ini keluarganya adalah keluarga jauh tante Arshi kamu tuh lalu Candra ini saudarah jauh ipar Om, si Dani, terus Hilda saudara jauhnya ipar om juga tuh si Lisa terus Jennie ini keluarganya saudara jauh ibunya Om yang ada di samping kamu," ucap Banyu.
"Ya, seperti yang di duga. 'Arwah yang didatangkan menyerang keluarga yang berkonflik sama, mereka memiliki hubungan darah yang telah jauh ini hanya sekedar dendam pribadi,' pembuat pesannya cukup cerdik dengan memberikan teka-teki kata," ucap Felicia sambil tersenyum.
"Teka-teki maksud kamu kertas ini? Kamu baru jalanin kasus ini hari ini dan tau maksud dari teka-teki ini?" tanya Bagas tak percaya.
"Tulisan aneh gitu teka-teki, terus gimana bisa dirangkai menjadi pesan?" tanya Banyu.
"Jika dilihat lagi kasus ini tak sesusah yang aku kira, Arwah yang di datangkan bukankah kalimat pertama sangat identik dengan teka-teki yang pertama? Hanya harus mainkan logika dan memperluas pandangan," ucap Felicia dengan santai.
"Menyerang di sana maksudnya ya kira-kira membuat korban yang ada bunuh diri, konflik yang sama kejadiannya sama seperti pesan yang terkirim yang sama, menurut Fea arwahnya kurang kreatif dan mudah untuk di ketahui, hubungan darah yang telah jauh, ya yang itu tadi lalu dendam pribadi ada seseorang yang dendam dengan keluarga kalian," ucap Felicia menjelaskan.
"Jika dia dendam pada keluarga kami bukankah lebih bagus mereka terlebih dahulu menyasarkan Della?" tanya Banyu.
"Papa kok tega sih mau anaknya mati," ucap Della tak percaya dengan apa yang di ucapkan papanya itu.
"Gak usah lebay deh Del," ucap Banyu lelah dengan tingkah anaknya yang kadang alay dan lebay entah keturunan dari mana.
"Itu dia poin pentingnya, Dendam pribadi yang di maksud di sini ya seperti keluarga, Adijaya, Rafailah, Gantari, Zavanna dan Ghazal juga keluarga Fea Abraqy dan Ishan ini ada kaitannya dengan kejadian berabad-abad yang lalu," ucap Felicia.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Felicia (Slow Up)
Mistério / SuspenseTeka-teki membingungkan, trik licik yang mengelabui, permainan pikiran serta sebuah dendam. Semuanya mulai terungkap, dia masih memainkan beberapa trik sebelum dia mengakhiri permainannya, sesuatu yang tak terduga, itu semua terjadi karenanya. Dan s...