Reminisce One

1.3K 64 11
                                    

HAPPY BIRTHDAY TO ME!!!!

AKU BUAT PART INI UNTUK KALIAN DI HARI SPESIAL AKU!

Sebenernya bonus chapter ini mau gw tulis di versi naskahnya, tapi karena gw pesimis banget takut gak ke terima jadi gue tulis disini.

Kita flashback lagi dimana Bulan dan Bumi masih hidup. Kita kembali ke masa kecil mereka. Mengenang masa lalu yang mereka lupakan.

HAPPY READING BACK!!
.
.
.

Sadarkah? Bahwa takdir selalu ingin menyatukan. Namun, scenario Tuhan selalu ingin memisahkan.

* * *

"Papa, aku gak mau ikut! Gak mau! Gak mau!" Seorang anak kecil merengek dibawah kaki seorang pria yang masih tampak muda.

Pria itu menarik kuat tangan kecil putrinya agar bangkit berdiri. Dia berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan tinggi putrinya. Matanya menghunus tegas, seolah tidak ingin dibantah.

"Harus ikut atau kamu tidur lagi dilantai bawah!" acamnya membuat gadis itu terdiam dengan mata abu yang berkaca-kaca.

"Tapi, aku gak mau ikut Pa. Aku mau ke rumah sakit! Dia nungguin aku...." Bibirnya bergetar, menahan air mata yang menggenang.

Galaksi menggeleng, putrinya bahkan baru berumur 5 tahun, tapi dia sudah pandai berbicara. Bahkan membantah perintahnya, dia tidak suka itu.

"Bi Nur bawa turun tas Bulan diatas. Kita berangkat sekarang."

Keputusan Galaksi sudah bulat. Bulan menundukkan kepala, air matanya menetes jatuh ke lantai. Bibirnya bergumam lirih.

"Maaf Gemi, Bulan gak bisa dateng." Dia mengigit bibirnya kuat. Menahan isakan yang siap meledak, tetapi seberusaha mungkin Bulan tahan. Dia tidak boleh menangis didepan Sang Papa.

"Ayo, Non Bulan kita berangkat sekarang ya?" Suara lembut dari depan membuat Bulan mengangkat kepala.

Dia mengangguk lemah, menghapus cepat air matanya. Bi Nur tersenyum kecil, mengusap pelan pucuk kepala Bulan dengan penuh kasih sayang.

"Anak baik."

* * *

Jalanan pagi terasa padat, hujan rintik-rintik menyambut Ibu Kota pagi ini. Terlihat motor-motor saling menyalip. Terkadang membunyikan klaksonnya saat lampu merah tinggal beberapa detik lagi.

Bulan kecil terdiam, bibirnya terbungkam tanpa senyuman. Dia menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Dingin terasa menusuk pipi chubby-nya. Matanya memandang kosong tetes air yang mengalir dari luar kaca.

Rasanya dia ingin membuka pintu mobil lalu berlari menerobos rintihan hujan. Mengabaikan semua hal yang ditekankan untuk dirinya. Dia ingin bebas, tanpa terikat apapun.

"Kamu ngapain sih ikut ke sini lagi!? Aku gak suka sama kamu! Harusnya kamu pergi dari sini!"

Bulan terdiam mematung, dia tak mundur sedikitpun saat tubuhnya didorong kasar oleh seorang anak kecil satu tahun lebih muda darinya.

"Emangnya aku kenapa? Aku gak ngapa-ngapain kamu," lirih Bulan menatapnya.

Anak kecil itu mendengus, dia tetap tidak suka Bulan disini. Bulan merebut semua darinya.

"POKONYA AKU GAK SUKA SAMA KAMU! AKU BENCI SAMA KAMU! HARUSNYA KAMU MATI AJA!" bibir kecilnya berteriak marah.

Dia mengepalkan tangan mungilnya, berjalan maju satu langkah. Tangannya terangkat lalu menarik kuat rambut Bulan.

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang