Galaksi & Charista

1.4K 129 1
                                        

Bayanganmu, seolah menjadi salah yang kian menguat. Sukmamu, seolah memenuhi rongga dada yang kian sesak.

• • •

Galaksi memandangi buku kecil yang tampak lusuh ditangannya. Buku dengan sampul bergambar Bima Sakti. Sampulnya membudar tapi Galaksi tau buku ini milik siapa. Jantungnya berdebar cepat kala mengingatnya. Senyum miris terbit dibibirnya.

Galaksi mulai membuka halaman pertama, terdapat foto dirinya saat muda dulu. Memakai putih abu. Di bawahnya terdapat tulisan.

'Aku bahagia mengenalmu, Galaksi. Kamu galak seperti namamu. Tapi aku suka aksimu. Keren.'

Galaksi terkekeh, bukannya itu sedikit alay? Tapi baiklah tidak apa-apa. Galaksi mulai membuka halaman selanjutnya.

'Kamu bentak aku lagi. Padahal aku cuma mau anterin bekal buat kamu. Tapi gak papa. Aku akan coba lagi.'

Galaksi termangu. Teringat sosok gadis cantik yang saat itu dengan berani memberinya sebuah bekal saat di kantin. Tapi Galaksi justru membentaknya. Lalu menyambar bekal itu hingga jatuh. Kejam bukan? Bukan hanya sakit yang Charista dapat tapi malu juga.

'Aku kecewa, ternyata mama mau jodohin aku. Padahal aku cuma mau sama kamu, Galaksi. Kamu dunia ku. Jika aku meninggalkanmu lalu siapa yang akan menggantikan peranku?'

Galaksi kembali terdiam, ingatannya dipaksa untuk kembali ke masa-masa SMA 20 tahun yang lalu.

"Gal, kita gak akan pernah bersama lagi."

"Kita gak bisa ketemu kaya gini lagi."

"Aku akan pergi jauh dari kamu."

"Aku gak akan lagi ganggu kamu."

"Gal, jangan diem aja. Jawab aku."

"Aku memilih nyerah gal. Aku gak tau gimana mau bujuk mama kaya gimana lagi. "

"Semoga kamu bahagia atas pilihan kamu sendiri."

"Gal, i love you."

Tes. Air mata Galaksi menetes begitu saja. Dia mengingatnya jelas, saat Charista menatapnya putus asa. Mata abunya yang biasanya selalu menampilkan keceriaan saat itu sirna. Tertutup tatapan putus asa dan sebuah harapan besar.

Galaksi membuka halaman selanjutnya.

'Kamu yang aku harapkan menjadi pelindungku. Kini justru enggan untuk menatapku. Aku mau nyerah aja. Aku capek terus berjuang sendiri buat kamu. Aku pamit, gal.'

Bukan aku enggan, cha. Tapi saat itu aku tak ingin memberimu harapan lagi. Tanpa kau tau aku pun terluka.

'Aku seneng banget hari ini. Allah masih berbaik hati padaku. Ternyata mama mau jodohin aku sama kamu. Tapi kayanya kamu gak suka ya? Aku lihat dari tadi kamu cuma diem. Do'ain ya semoga aku bisa jadi istri yang baik.'

Gal, kamu gak seneng ya?

Padahal aku seneng banget.

Tapi, kalo kamu gak bahagia sama pernikahan kita.

Aku rela, gal.

Aku rela, batalin pernikahan ini.

Biar aku bicara sama mama.

Maaf, aku terlalu berharap lebih sama kamu.

Charista menempati ucapannya. Charista berbicara dengan mamanya. Tapi bukan tanggapan yang baik yang ia dapat. Tapi justru tamparan keras yang melayang di pipinya.

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang