14| Garis Takdir

1.9K 142 5
                                    

Mau berbuat seperti apapun. Nyatanya tetap air mata yang mengakhiri semuanya.

• • •

Dua pasang kaki kini melangkah dengan seirama. Memasuki sebuah cafe yang cukup elegan. Dengan nuansa brown yang terlihat menenangkan sepanjang mata memandang. Terlihat indah.

Bulan ingin melangkah mendekati salah satu kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan ingin melangkah mendekati salah satu kursi. Paling pojok di dekat jendela. Terlihat sangat damai di padukan dengan tidak banyaknya pengunjung yang datang.

"Bulan, lo mau kemana?" Tegur Agata saat melihat Bulan pergi.

"Mau duduk lah. Emang mau kemana lagi?" Jawab Bulan.

"Ih mau minum disini? Gak bawa pulang aja? Katanya suruh nemenin beli kostum tadi."

"Hehe lupa, ya udah bawa pulang aja." Bulan terkekeh atas kelupaannya sendiri, kembali menghampiri Agata yang sudah ada di depan kasir. Memesan.

"Hallo kak, selamat datang di Starbucks. Mau pesan apa?" Barista yang ada di sana menyapa ramah.

"Emm.. saya mau pesen Double Chocolate Chip Cream Frappuccino. Sama—" Agata menoleh mencari Bulan yang ternyata sudah terduduk di salah satu bangku dekat jendela yang tak jauh dari kasir. "Woy! Lo mau apa? Enak banget tinggal duduk!"

"Hehehe, samain lo aja!" Teriak Bulan dari sebarang sana.

"Jadi saya pesen Double Chocolate Chip Cream Frappuccino dua, kak." Agata menyebut pesanan.

Barista laki-laki itu tersenyum, "oke kak, ditunggu sebentar."

Agata mengangguk singkat, kemudian dia berjalan mendekati bulan yang masih asik memandang ke luar jendela.

"Ngapain lo?"

"Lagi merenung, kenapa takdir gue gini banget sih?" Bulan masih tetap memandang ke luar jendela.

"Kenapa lo jadi pesimis? Bukannya selama ini lo gak pernah ngeluh akan takdir?"

Bulan menatap Agata, menghembuskan nafas berat, "dulu gue kira dengan gue selalu haha hihi ke sana ke sini gue bisa bahagia lalu terbiasa dengan hidup gue yang sekarang. Tapi nyatanya enggak, gue masih selalu inget sama bunda."

"Bulan, jangan salahin diri lo sendiri atas kematian bunda. Bunda lo tau apa keputusannya. Bunda lo udah memilih takdir yang benar dengan mempertahankan diri lo dan ngelahirin lo di dunia ini." Agatha menggenggam tangan bulan yang ada di atas meja.

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang