Manusia berhak bahagia atas pilihan takdirnya sendiri. Tapi bagaimana dengan takdir yang bahkan tidak pernah bisa untuk di pilih? Apa bahagia bisa di dapat dengan pilihan orang lain? Tidak. Kalian tidak akan mengerti.
• • •
Agata menjatuhkan dirinya di kasur dengan kasar. Ia mengusap wajahnya frustasi.
Percakapan antara dirinya dan Rendra mulai berputar di dalam kepalanya seperti kaset rusak.
Flashback on.
Rendra membawa Agata ke taman belakang sekolah. Terlihat sepi karena berhubungan jam istirahat juga akan segera berakhir.
"Cepetan lo mau ngomong apa?!" Ucap Agata saat Rendra tak kunjung membuka suara.
"Agata."
Agata tersentak kaget saat Rendra menarik tangannya hingga berada di dalam genggaman Rendra.
"Gue gak tau punya keberanian dari mana sampai bisa genggam tangan lo kaya gini. Biarin gini bentar, gue mau berusaha buat yakinin lo lagi."
"Agata gue tau gue bukan orang yang sempurna dimata lo. Gue selalu ganggu hari-hari lo, selalu goda lo tanpa sebab. Tapi itu bukan semata-mata buat mainan. Tapi itu tulus dari hati gue."
"Agata gue sayang sama lo. Gue gak maksa lo buat balik sayang sama gue. Tapi tolong beri gue kesempatan buat ambil kepercayaan lo yang pernah patah. Izinin gue buat jaga hati lo. Gue bertahan sejauh ini karena gue sayang sama lo."
"Agata Adonia, apa lo mau jadi pertama dan terakhir buat gue?"
Deg!
Jantung Agata berdetak kencang. Tangannya sudah panas dingin di genggaman Rendra. Ia menatap mata Rendra yang terlihat menjanjikan. Tapi ia tidak yakin dengan hatinya sendiri. Agata menarik nafas untuk mengendalikan reaksi tubuhnya.
"Maaf Rendra."
Skakmat. Rendra lemas kala mendengar kata 'maaf'. Agata melepas tangannya dari genggaman Rendra.
"Maaf gue belum bisa jawab detik ini juga. Mungkin gue lebay baru di patahkan satu kali aja, langsung gak mau coba lagi." Agata tertawa hambar, air matanya menetes begitu saja.
"Cowok sebaik lo gak pantas buat cewek kotor kaya gue. Lo bisa dapetin cewek yang lebih baik dari gue. Lo bisa pergi dari gue sekarang agar lo gak nyesel nanti." Air mata Agata langsung meluncur deras. Tapi tidak ada isakan yang keluar dari bibirnya.
"Ma—maksud lo apa sih? Jangan sembarangan bicara Agata!" Rendra geram dengan apa yang diucapkan Agata seolah merendahkan dirinya sendiri.
"Gue bicara hal benar, Rendra. Gue jauhin lo karena gue gak mau lo kecewa karena gue. Jadi tolong lo pergi jauh dari gue."
"Gak bisa! Gue udah telanjur cinta sama lo. Buat apa perjuangan gue selama ini jika akhirnya gue juga yang ninggalin lo." Rendra memegang bahu Agata yang mulai bergetar. Tapi Agata langsung menepisnya, dadanya mulai terasa sesak. Tapi dia harus bertahan sebentar lagi.
"Tolong jangan nangis di depan gue. Gue berasa sakit." Tangan Rendra mengusahakan air mata Agata dengan lembut. Hal itu malah semakin membuat air mata Agata meluncur deras.
"Rendra lo terlalu baik buat gadis kotor kaya gue. Pergi dari sini tolong."
Rendra menggeleng dia tak akan meninggalkan Agata dengan keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Teen FictionPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...