40| Garis Takdir

1.1K 83 1
                                    

Lagi-lagi yang kau ucapkan dusta. Dan lagi-lagi yang aku lakukan hanya percaya. Kita serasi ya? Saling melengkapi.

• • •

Bumi masuk ke dalam rumah dengan ekspresi wajah yang begitu dingin. Semua pasang mata menoleh ke arahnya. Tapi Bumi mengacuhkan mereka. Memilih segera menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamarnya tanpa basa-basi.

"Adek, makan yuk temenin kakak." Suara ketukan pintu terdengar dari luar.

Bumi membuka pintu kamarnya. Menemukan Bintang, kakaknya yang sedang tersenyum lembut ke arahnya.

"Yuk!" ajak Bintang membalikan badan lebih dulu.

"Adek gak laper." Tapi ucapan Bumi mengharuskan Bintang memutar badan.

"Emang adek udah makan?" Bumi mengangguk dia tidak berbohong, tadi dia sempat makan di cafe geng laSTar.

"Ya udah kalo gitu adek ikut ngumpul di ruang keluarga ya? Ada grandma juga. Kasihan grandma jauh jauh dari Kanada tapi adek gak mau nemuin beliau." Intonasi lembut tak pernah lepas dari suara Bintang.

"Kak, adek capek adek mau istirahat."

"Tapi-"

Brak!

Sebelum kalimat Bintang selesai pintu kamar lebih dulu Bumi tutup. Bintang di balik pintu hanya bisa menghembuskan nafas kecewa lagi-lagi setetes air mata tak dapat Bintang segah.

"Kak, adeknya mana?"

Bintang buru-buru menghapus air matanya saat mendengar suara langkah Mentari, mamanya.

"Adek capek, ma. Biarin dia istirahat sebenar ya? Kan tadi dia habis jalan seharian sama pacarnya."

Mentari hanya tersenyum tipis, dia tau itu hanya bualan Bumi semata. "Ya udah kalo gitu turun yuk, kak!"

"Iya ma."

Suara langkah kaki keduanya dapat Bumi dengar dari dalam kamar. Bumi meremas rambutnya frustasi. Kenapa dia begitu lemah jika harus berhadapan dengan Grandma?!

Ponselnya Bumi berdering, sekilas Bumi dapat melihat nama Bulan disana. Tapi, ia memilih mengabaikannya. Mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi. Dia tadi hanya berbohong. Padahal panggilan lain itu karena Bumi yang sedang menanyakan kabar Libra lewat telefon.
.

. .

"Lho Bumi mana?" tanya Grandma saat menyadari Mentari dan Bintang tidak datang bersama Bumi.

"Bumi sedang istirahat, ma." Jawab Mentari sembari duduk sendiri di kursi panjang. Sedangkan Bintang duduk di samping Grandma. Dan Meteor duduk di sofa singgel.

"Alasan saja anak itu. Dari dulu juga seperti itu. Keras kepala suka sekali menantang. Makin besar makin kacau saja hidup anak itu. Harusnya dari dulu kamu kirim Bumi ke Kanada, Meteor. Biar hidupnya semakin gak ngawur." Sudah ketebak bukan mengapa Bumi malas berjumpa dengan Grandma?

"Jangan bicara seperti itu, ma. Tidak baik," peringatan dari Meteor halus.

"Tidak baik bagaimana?! Justru grandma bicara hal benar. Contoh nih putri sulung kamu. Udah cantik, baik, pinter siapa yang didik? Jelas Grandma lah. Kamu juga tidak becus ngurus anak."

GARIS TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang