Di penghujung jalan sudah. Saat semua harus kembali ke jalan masing-masing. Menempuh kehidupan dengan perannya masing-masing. Terimakasih kawan.
• • •
Bintang gebintang dan bulan sabit hadir menghias malam. Tiupan angin menerbangkan surai seorang gadis yang tengah memangku gitar. Tangannya kiri menekan senar, membentuk kunci. Sedangkan tangan kanannya memetik senar dengan pasti. Menciptakan nada yang mengalun indah di rintikan hujan yang tidak begitu deras.
'Aku merinduu- Ku yakin kau tau..Tanpa batas waktu- Aku meminta.. Walau tanpa kata.
Cinta berupaya.. Engkau jauh di mata tapi dekat di doa- Aku merindukanmu.'Bulan tersenyum kecil, menghentikan petikan gitar. Lalu meletakkannya disamping ia duduk. Tangannya bergerak mengambil kamera kecil di depannya. Sebuah vidio kembali Bulan putar. Setelah puas dengan hasilnya dia menutup kamera. Beralih membuka ponsel yang ia letakan diatas meja.
Ternyata pesan yang ia balaskan beberapa jam lalu, belum kunjung dibuka oleh Bumi. Bulan hanya menghela nafas panjang, berusaha untuk berfikir positif. Tak ingin terus berlarut dalam pikirannya Bulan memilih tidur. Mengistirahatkan tubuhnya sejenak mungkin bisa membantu meringankan beban yang terasa berat.
• • •Pagi ini Bulan bangun dengan tubuh segar. Tidur yang cukup dan berkualitas membuatnya nyaman. Bulan memutuskan untuk mengunjungi basecamp hari ini. Memeriksa kondisi disana setelah beberapa hari ia tinggalkan.
Ting!
Sebuah pesan menahan pergerakan Bulan yang hendak mengeluarkan motor besarnya. Satu nama tertera di layar kunci. Draka.
Draka
Ratu
kenapa?
Mau anterin gue sampe bandara?
lo seriusan berangkat hari ini?
Iya, lo mau kan kesini?
Pesawat gue masih satu jam lagi lepas landasnyaiya, gue ke sana sekarang
Melepas Draka ke Amerika mungkin tidak ada yang salah. Draka temannya selama ini, dan dia cukup baik sebagai teman. Lebih dari itu, Draka juga banyak memberinya suatu pelajaran. Tenang keyakinan dan keteguhan hati. Bulan bangga mengenal Draka walau pertemanan mereka harus berhenti sampai disini. Banyak cita-cita yang pantas di kejar. Tuhan tau mana yang terbaik.
Jalan raya Kota Jakarta terbilang ramai lancar. Sesekali Bulan mengendarai motornya diatas rata-rata saat jalan yang ia lalui terkesan sepi. Butuh kurang lebihnya 30 menit untuk sampai di bandara dan tidak butuh lama bagi Bulan untuk menemukan Draka.
"Draka," panggil Bulan sedikit berteriak.
"Bulan? Hampir aja ini gue mau naik pesawat." Draka menghampiri Bulan dengan senyum manisnya.
"Lo sendiri aja?"
"Engga, tu anak geng gue." Draka menunjukkan kerumunan orang berjaket hitam dengan lambang naga di dadanya.
Bulan tersenyum, "Jadi anak yang baik selama di sana," pesannya.
"Lo juga. Jadi gadis baik selama di sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
Fiksi RemajaPantesan susah buat dapetin hati bumi. Orang bumi aja gak punya hati! • • • • Bulan cantik? Jelas. Bulan manis? Jangan di tanya lagi permen aja insecure lihat dia. Bulan pinter? Pasti, buku aja minder kalo di baca sama dia. Terus ada gak kekurangan...